Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Keterlibatan Oknum Polri dalam Penyelundupan Manusia Didapat "ABC"

Kompas.com - 25/06/2013, 16:35 WIB


SYDNEY, KOMPAS.com
— ABC News mendapatkan rekaman video tentang seorang penyelundup manusia Indonesia yang mengaku mengatur pemberangkatan sebuah kapal pengungsi yang tenggelam tahun lalu, dan melukiskan para pencari suaka itu sebagai "kambing".

ABC News memperoleh rekaman video tentang seorang penyelundup manusia yang mengaku bernama Freddy Ambon. Ia mencoba meyakinkan para pencari suaka bahwa ia dapat mengirim mereka ke Pulau Christmas dengan aman.

Namun, ia juga mengakui keterlibatannya dalam tragedi kapal tenggelam pada Juni lalu yang dipahami menewaskan sampai sebanyak 96 orang pencari suaka.

Freddy Ambon melukiskannya sebagai satu insiden tersendiri. Ia juga mengungkapkan keterlibatan polisi Indonesia.

Kualitas rekaman video yang diperoleh ABC News ini memang kurang bagus, tetapi dengan jelas mengungkapkan seorang penyelundup manusia yang menjual jasa.

Dua sumber mengatakan kepada ABC, pria yang ada di dalam rekaman video itu adalah Freddy Ambon, seorang penyelundup manusia yang dikenal oleh polisi.

Dengan berpura-pura sebagai seorang broker untuk sekelompok klien fiktif, seorang pencari suaka Afganistan yang menyebut dirinya Abbas bulan lalu diam-diam membuat empat video tentang Freddy Ambon.

"Saya akan mengurus kapalnya, mesinnya, mengeceknya, dan segala macam, mengisi bahan bakarnya, OK, mengisi perbekalan, OK, kemudian kambing-kambing itu berangkat," demikian Freddy Ambon terdengar mengatakan.

Abbas mengatakan, ia kehilangan dua saudara laki-laki di kapal yang diberangkatkan oleh seorang pencari suaka dan ingin agar perdagangan yang memakan korban itu diungkap.

Ia menanyai Freddy Ambon tentang kinerja keamanannya dan khususnya tentang kapal yang tenggelam di utara Pulau Christmas pada Juni tahun lalu, yang menewaskan hingga 96 orang.

Freddy Ambon mengakui keterlibatannya, tetapi menyalahkan seorang mitra bisnisnya, warga Pakistan.

"Kapal itu terlalu penuh," kata Freddy Ambon.

"Saya katakan kepadanya, jangan masukkan penumpang lagi, tapi dia bersikeras. Jadi itu bukan salah saya. Saya tidak salah."

Keterlibatan polisi Indonesia

Freddy Ambon mengatakan, supaya aman, ia mengirim 50 orang setiap kali keberangkatan hingga tiga kapal dalam sebulan, dan ia menyebut-nyebut tentang kerja sama dengan polisi Indonesia.

"Dan, kemudian markas besar polisi akan mengawal kapal itu," katanya.

"Mungkin Irfan sudah memberitahu Anda bahwa saya seorang bekas polisi? Jangan tanya dari satuan mana."

"Saya bekas polisi, supaya Anda tahu. Tapi itu berarti tidak ada masalah, bro. Tidak ada masalah. Penumpang akan sampai ke tempat tujuan."

Seorang sumber lainnya mengatakan kepada ABC, dengan uang suap sekitar 7.000 dollar AS, polisi Indonesia akan mengawal pencari suaka hingga ke pesisir.

Dan, dengan tambahan 10.000 dollar AS lagi, mereka akan memastikan perjalanannya aman dan operasi penyelundupan tidak akan terganggu.

"Kalau sampai tertangkap, itu karena tidak ada koordinasi, tapi kalau ada koordinasi, mereka akan sampai ke Pulau Christmas," katanya.

Sebagai bagian dari investigasi gabungan, ABC dan Fairfax Media kemudian menghubungi Freddy Ambon melalui telepon. Dalam wawancara telepon, Freddy membantah keterlibatannya dalam penyelundupan manusia, bahkan sebelum ditanya.

Sumber ABC juga mengatakan, Freddy hanya nama samaran yang digunakannya dan nama yang sebenarnya adalah Muhammad Aksan.

Kepala Satuan Anti-Penyelundup Manusia Mabes Polri Brigadir Jenderal (Pol) Herry Pratowo mengatakan, ia tidak tahu tentang tuduhan keterlibatan polisi, tetapi akan melakukan pengusutan internal.

Sementara itu, juru bicara kepolisian Indonesia menolak tuduhan keterlibatan polisi dalam praktik penyelundupan manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com