Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2013, 18:56 WIB
EditorErvan Hardoko
NAYPYIDAW, KOMPAS.com — Berita utama majalah TIME yang mengupas kisah seorang biksu Buddha radikal yang memicu kekerasan terhadap warga Muslim yang dibarengi judul "Wajah Terorisme Buddha" membuat geram Pemerintah Myanmar.

Pengguna media jejaring sosial di negara itu juga mengungkapkan kemarahan terkait berita utama majalah terbitan Amerika Serikat edisi bulan Juli ini.

Dalam edisi terbarunya ini, majalah TIME melengkapi beritanya dengan foto biksu kontroversial asal kota Mandalay, Wirathu, yang kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan anti-Islam di tengah gelombang kekerasan terhadap minoritas Muslim di negeri itu.

"Laporan majalah TIME menciptakan sebuah pemahaman salah terhadap agama Buddha yang telah hidup selama ribuan tahun dan merupakan agama yang dipeluk mayoritas warga Myanmar," demikian pernyataan yang dimuat dalam situs resmi Kepresidenan Myanmar, Minggu (23/6/2013).

"Pemerintah Myanmar saat ini berjuang bersama para pemimpin agama, pemimpin partai politik, media, dan rakyat untuk menyudahi konflik yang tak diinginkan warga Myanmar ini," lanjut pemerintah.

Sementara itu, para pengguna jejaring sosial menggelar petisi yang mengecam pemberitaan TIME. Hingga Senin (24/6/2013), petisi itu sudah menjaring 40.000 nama.

"Penggunaan kata-kata teror dan Buddhisme mengecewakan pemeluk agama Buddha, yang adalah agama damai dan bukan untuk para teroris," demikian sebuah pesan yang mendampingi petisi online itu.

Sejumlah saksi mata mengatakan, kekerasan yang terjadi pada Maret lalu di wilayah tengah Myanmar melibatkan banyak orang, termasuk mereka yang menggunakan jubah biksu Buddha.

Sejumlah biksu radikal memimpin kampanye untuk menutup toko-toko yang adalah milik warga Muslim. Biksu Wirathu bahkan menyerukan agar pemerintah menerbitkan aturan yang melarang pernikahan perempuan Buddha dengan pria dari agama lain.

Sementara itu, sejumlah biksu senior menuding media asing melakukan laporan yang tak berimbang terkait konflik Islam dan Buddha ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com