Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Unjuk Rasa di Brasil Semakin Memburuk

Kompas.com - 21/06/2013, 16:00 WIB


BRASILIA, KOMPAS.com
 — Aksi protes antipemerintah di Brasil diwarnai bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi.

Kerumunan orang melakukan unjuk rasa di Rio de Janeiro dan polisi menggunakan gas air mata untuk melawan aksi demonstran di luar balai kota.

Di kota Salvador, polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa menjelang pertandingan bola internasional yang berlangsung di sana.

Protes yang menentang praktik korupsi, problem layanan publik, dan isu lain ini membuat presiden membatalkan kunjungannya ke luar negeri.

Presiden Dilma Rousseff sebelumnya berencana untuk melakukan kunjungan ke Jepang pekan depan. Penundaan itu mengindikasikan seberapa gentingnya situasi di dalam negeri. Demikian disampaikan wartawan BBC di Sao Paulo, Gary Duffy.

Anggota dari Gerakan Akses Bebas di Sao Paulo yang selalu berkampanye tentang perbaikan transportasi publik mengatakan akan turun ke jalan untuk "merayakan" pembatalan kenaikan tarif traspnortasi publik.

Protes—yang awalnya dipicu oleh kenaikan tarif transportasi publik pada 2 Juni lalu—telah meluas menjadi gerakan yang lebih luas.

Pengunjuk rasa merasa marah dengan masalah korupsi dan buruknya transportasi publik serta mahalnya biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk penyelenggaraan Piala Dunia 2014. Pengunjuk rasa mengatakan, pemerintah juga harus berinvestasi pada pendidikan dan kesehatan.

Barikade

Di Salvador, pada Kamis (20/6/2013), terjadi bentrokan ketika pengunjuk rasa mencoba untuk menerobos barikade polisi dekat stadion tempat berlangsungnya pertandingan Piala Konfederasi antara Nigeria dan Uruguay.

Sementara itu, massa telah mengadakan reli di pusat kota Rio de Janeiro, dekat Gereja Candelaria dan balai kota.

Beberapa laporan menyebut sekitar 300.000 orang berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa.

Polisi di Rio sebelumnya mendirikan barikade di sekitar gedung legislatif negara, yang dirusak selama protes pada Senin kemarin.

Kantor gubernur negara, Guanabara Palace, dan kantor wali kota telah diamankan oleh polisi.

Sejumlah pemilik toko telah memasang papan-papan kayu untuk melindungi bagian depan bisnis mereka dan beberapa bank telah melakukan hal yang sama.

Wali Kota Sao Paulo Fernando Haddad mengatakan, pembatalan kenaikan tarif pada Rabu lalu merupakan "pengorbanan besar" karena investasi lain harus dipotong.

Sao Paulo dan Rio adalah dua kota yang ikut membatalkan kenaikan tarif tersebut setelah langkah serupa dilakukan oleh pemerintah daerah di Cuiaba, Recife, dan Joao Pessoa.

Sayangnya, penurunan tarif sejauh ini gagal meredam aksi protes warga.

"Ini berarti bahwa politisi kita mulai mendengar suara kami. Ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, setidaknya bukan dalam tahun pemilu," kata Daniel Acosta dari Sao Paulo mengatakan kepada BBC.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com