Kabut asap akibat kebakaran lahan di Sumatera, menurut Lee, bisa berlangsung berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan sampai musim kemarau berakhir di Sumatera.
Lee juga memperingatkan konsekuensi yang bakal ditanggung setiap perusahaan Singapura yang terbukti memiliki kaitan dengan kebakaran hutan di Indonesia itu.
”Singapura telah menyerahkan data lokasi dan gambar titik api hasil pencitraan satelit ke Pemerintah Indonesia. Data itu untuk membantu mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab,” ujar Lee dalam jumpa pers.
Pada Kamis, indeks standar polutan (PSI) di Singapura mencapai angka 371, yang merupakan rekor polusi terburuk. Kabut asap berbau kayu dan daun terbakar dilaporkan masuk gedung dan rumah warga di Singapura. Selain itu, toko-toko dan apotek juga mulai kehabisan masker penutup hidung dan mulut.
”Warga di sini sudah pasrah. Kalau enggak perlu sekali, ya, tidak keluar rumah atau kantor. Banyak yang menanggapi sinis soal cara Pemerintah Indonesia menangani masalah ini,” ujar Naria Syantika, WNI yang bekerja di Singapura.
”Kabut asap kali ini adalah yang terburuk. Kami menunggu tindakan segera Pemerintah Indonesia. Masyarakat Singapura sudah marah, tertekan, dan kehilangan kesabaran,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air Singapura Vivian Balakrishnan.
Masalah kabut asap, yang juga melanda Malaysia dan selalu berulang setiap tahun, telah memicu ketegangan antarnegara.
Seusai rapat koordinasi penanggulangan kebakaran hutan di Jakarta, Kamis, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan, Singapura tidak perlu bersikap seperti anak kecil dengan membuat keributan soal kabut asap ini. Sebab, hal itu merupakan kejadian alam yang tidak disengaja oleh Indonesia.
Pada Kamis, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menegaskan, Pemerintah Singapura dan Malaysia tak perlu mengingatkan Indonesia soal kebakaran lahan ini. ”Pemerintah Indonesia tak perlu diberi desakan dan dorongan karena sudah memahami situasi buruk itu,” kata Marty seusai rapat di Jakarta.
Sementara itu, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah saat ini fokus pada upaya pemadaman kebakaran di Sumatera. Setelah api padam, pemerintah berjanji akan menindak tegas pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau Kasiarudin mengatakan, belum ada perubahan signifikan di lapangan. ”Kami saat ini hanya membuat pagar betis agar api jangan sampai menjalar ke lokasi lain. Kami belum mampu memadamkan karena terlalu banyak kendala di lapangan. Lokasi kebakaran sulit dijangkau dan peralatan yang dipakai masih tradisional,” ujar Kasiarudin.
Di wilayah Tebo, Jambi, tim Manggala Agni kesulitan menjangkau lokasi kebakaran karena topografi yang berat dan ketiadaan sumber air untuk pemadaman. (ICH/ATO/K02/SAH/ITA/RAZ/AFP/BBC/DWA)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.