Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Naik Dua Derajat, Kemiskinan Kian Menjerat

Kompas.com - 19/06/2013, 19:58 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com — Kenyataannya, suhu global naik dua derajat celsius. Hal itu bisa berlangsung beberapa dekade ke depan. Risikonya, kelangkaan pangan meluas, udara panas bahkan tak bisa ditebak, badai tropis menjadi lazim, dan sebagainya. "Kondisi ini membuat kemiskinan kian menjerat, banyak orang bakal terjebak dalam kemiskinan," kata pernyataan Bank Dunia di Washington pada Rabu (19/6/2013).

Dalam kesempatan itu, tulis AP, Bank Dunia memang merilis laporan teranyarnya soal pengaruh pemanasan global pada produksi pertanian, sumber-sumber air, ekosistem pantai, dan perkotaan. Laporan itu meriset kondisi di Sub-Sahara Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

Menurut Bank Dunia, andai kenaikan suhu terus berlangsung hingga era 2030-an, kekeringan bakal membuat sekitar 40 persen tanah pertanian tak bakal mampu mendukung budi daya tanaman pangan. Suhu yang makin memanas bahkan memangkas padang-ladang rumput di kawasan Sub-Sahara.

Yang mesti diwaspadai adalah kenaikan suhu udara pada 2050. Bank Dunia mencatat, gara-gara kenaikan itu jumlah penduduk berkekurangan gizi di Sub-Sahara bakal menanjak antara 25 persen hingga 90 persen ketimbang persentase tahun ini.

Kemudian, di Asia Selatan, kenaikan suhu global justru makin membuat curah hujan meninggi. Akibatnya, di kawasan ini, banjir bakal menjadi hal biasa lantaran sering terjadi. Bank Dunia, lewat laporannya, mengajak dunia belajar dari banjir bandang di Pakistan tiga tahun silam. Banjir kala itu berakibat secara langsung maupun tidak bagi 20 juta rakyat Pakistan.

Selanjutnya, untuk Asia Tenggara, Bank Dunia mencatat perkara naiknya tinggi muka air laut, menanjaknya jumlah siklon tropis, dan raibnya banyak ekosistem laut. "Kenaikan tinggi muka air laut lebih cepat dari yang diperkirakan. Sampai dengan 2050, tingginya bisa mencapai 50 cm dari sekarang," kata Bank Dunia.

Bank Dunia pun menyebut kota-kota seperti Manila di Filipina dan Kalkuta di India bakal bertambah banyak populasinya. "Tapi, warga di kota itu justru memiliki pelayanan dasar terbatas," kata Bank Dunia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com