Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koin Sindiran dari Rakyat dan Restu Presiden

Kompas.com - 17/06/2013, 03:42 WIB

Beberapa pemuda berdiri tak jauh dari Jembatan Babakan di Desa Kranggan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Sabtu (15/6). Mereka menyodorkan kotak sumbangan kepada pengemudi kendaraan yang melintasi jembatan itu.

”Tolong koinnya. Akan kami sumbangkan kepada pemerintah untuk memperbaiki jalan jembatan,” kata salah seorang dari mereka.

Aktivitas itu cukup menarik perhatian para pengemudi mobil dan sepeda motor yang melintas di jalan alternatif dari Kecamatan Citeureup menuju Gunung Putri dan Cileungsi itu. Apalagi jembatan yang rusak mengakibatkan antrean cukup panjang karena mobil harus bergantian melintasi jembatan darurat dari dua sisi. Selain itu, jalan di sekitar jembatan juga berlubang.

Jembatan darurat dibangun dari susunan baja dan kayu serta tumpukan batu yang diikat kawat. Jembatan darurat dengan lebar 2,5 meter hingga 3 meter itu ”ditumpuk” di atas jembatan yang bolong di bagian tengahnya. Setelah ditumpuk, sisi jembatan darurat itu tersisa sepenggal jalan selebar 1,5 meter. Sisa badan jalan itu biasanya digunakan sepeda motor.

”Jembatan ini salah satu bukti kerusakan infrastruktur di Gunung Putri. Banyaknya jalan yang berlubang juga merugikan masyarakat,” ujar Eddy Junaedi, koordinator pengumpulan koin.

Mencangkok

Menurut beberapa warga di sekitar jembatan, sudah sekitar dua tahun jembatan itu rusak. Setahun lalu, Pemerintah Kabupaten Bogor hanya ”mencangkok” jembatan darurat di atas jembatan permanen. Selain membuat arus lalu lintas tersendat, kondisi ini juga membuat jalan di sekitar jembatan kerap tergenang air dan licin.

Asep (40), warga Desa Kranggan, Gunung Putri, yang bekerja di Wanaherang, Gunung Putri, sebulan lalu tergelincir saat melintasi sisi jembatan itu dengan sepeda motor. Ia tak melihat jalan berlubang karena air kecoklatan bercampur tanah menggenangi jalan itu. Beruntung saat itu ia tak tersambar kendaraan lain yang tengah melintas. ”Kami mau supaya jembatannya diperbaiki permanen,” ujarnya.

Hendi (45), penjaga SDN Gunung Putri 3, yang berjarak sekitar 20 meter dari jembatan, menambahkan, warga sudah berkali-kali menyampaikan permohonan perbaikan jembatan dan jalan melalui perangkat desa dan kecamatan. Namun, belum ada realisasinya.

Posisi jembatan yang bertumpuk membuat aliran air hujan kerap mengarah ke sekolah. Aliran air sungai selebar sekitar 2,5 meter di bawah jembatan itu pun sesekali melimpas.

”Kalau sedang hujan deras, air bisa masuk sampai ke halaman sekolah. Kasihan anak-anak,” kata Hendi.

Kerusakan merata

Menurut Eddy Junaedi, kerusakan infrastruktur terjadi hampir di seluruh Kecamatan Gunung Putri. Dia memperkirakan jalan yang rusak lebih dari 50 persen. Hal ini, kata dia, termasuk akses jalan 500 meter hingga 700 meter sebelum kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Gunung Putri.

”Karena itu, kami juga hendak meminta restu dari Presiden untuk mendesak Pemkab Bogor memperbaiki jalan di Gunung Putri,” kata Eddy.

Hingga siang hari sudah terkumpul dua plastik besar koin dan uang kertas. Dia merencanakan pihaknya menyerahkan koin itu kepada DPRD Kabupaten Bogor, Senin, agar diserahkan kepada Bupati Bogor Rachmat Yasin.

”Ini sindiran dari masyarakat. Namun, kalau misalnya proyek infrastruktur ini ada suap, anggap saja koin-koin ini suap dari rakyat,” ujarnya.

Akan tetapi, apakah mereka kesampaian mendapat restu Presiden? ”Karena ini kediaman Presiden, kami tidak akan mengizinkan mereka ke sana,” kata Kepala Polsek Gunung Putri Komisaris Hendra Gunawan. Ia menurunkan 50 personel untuk mengamankan aksi damai tersebut. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com