Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel: Jangan Berangan-angan soal Kemenangan Rouhani di Iran

Kompas.com - 17/06/2013, 03:42 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com — Meski banyak pihak menyambut positif kemenangan Hassan Rouhani sebagai presiden terpilih Iran, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengingatkan bahwa tekanan internasional terhadap Iran tidak boleh berkurang sedikit pun. Berlindung pada kontroversi isu nuklir Iran, dia mengatakan, program nuklir Iran harus dihentikan "dengan cara apa pun" dan tidak boleh ada "angan-angan" atas kemenangan Rouhani.

Salah satu janji kampanye Rouhani yang mengumpulkan lebih dari 50 persen suara dalam pemilu, Jumat (14/6/2013), adalah meredakan sanksi internasional pada Iran terkait program nuklir. Dia pun menjanjikan kerja sama yang lebih besar dengan Barat.

Namun, Minggu (16/6/2013), Netanyahu menegaskan, "Masyarakat internasional seharusnya tidak jatuh ke angan-angan dan tergoda untuk mengurangi tekanan terhadap Iran untuk menghentikan program nuklirnya." Menurut dia, penilaian pada Iran hanya akan dilihat dari bagaimana kelanjutan program nuklirnya. "Jika bersikeras terus mengembangkan program nuklir, jawabannya harus jelasmenghentikannya dengan cara apa pun."

Presiden Israel Shimon Peres berharap terpilihnya Rouhani akan membawa perubahan. Kepada Reuters, dia berkeyakinan Rouhani tak akan menerapkan kebijakan ekstrem. Meski tak merinci program kerjanya, Rouhani diyakininya memiliki rencana yang baik. "Karena itulah mengapa dia terpilih," ujar Peres yakin.

Sementara Menteri Kehakiman Tzipi Livni mengatakan, terpilihnya Rouhani jelas memperlihatkan rakyat Iran ingin perubahan dan menjadi lebih moderat. Keinginan untuk dekat dengan kalangan Barat juga terwakili oleh hasil pemilu ini. "Maka, yang diuji sekarang adalah Barat (untuk meresponsnya)," ujar dia.

Sanksi internasional berkontribusi pada kesulitan ekonomi Iran. Angka pengangguran melejit, mata uang terdevaluasi ke titik terendah, dan inflasi melambung. Kalangan Barat dan Israel terus saja mencurigai program nuklir Iran adalah untuk persenjataan, meski Teheran berkali-kali menyatakan program itu untuk misi damai. Israel terang-terangan tidak mengesampingkan aksi militer jika sanksi internasional dan diplomasi gagal untuk menghentikan program pengayaan uranium Iran.

Negara-negara Barat menunjukkan mereka bersedia untuk terlibat dengan presiden Iran yang baru. "Jika Mr Rouhani memenuhi kewajibannya di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB terkait program nuklirnya, ia akan menemukan rekan dari kami," ujar Kepala Staf Gedung Putih Denis McDonough kepada CBS News.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan, dia berharap terpilihnya Rouhani akan memunculkan solusi cepat diplomatik untuk masalah nuklir Iran. Sementara Presiden Rusia Vladimir Rusia berkeyakinan kemenangan Rouhani akan mempererat hubungan Rusia-Iran.

Kemenangan Rouhani disambut warga Iran sejak Sabtu (15/6/2013). Sebagian warga mengenakan warna ungu yang dipakai sebagai simbol Rouhani dalam pemilu. Sementara sebagian warga yang lain mengenakan simbol hijau untuk mewakili gerakan reformis.

Setelah dipastikan terpilih, Rouhani sudah mulai membahas pembentukan kabinet Ali Larijani, juru bicara parlemen, sebagaimana dikutip kantor berita Isna. Parlemen harus menyetujui pilihan Rouhani sebelum dia mulai menempati kantornya pada Agustus 2013.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan ucapan selamat pada Rouhani, Sabtu (15/6/2013). Keesokan harinya, Pengawal Revolusi ini menulis di situsnya, "Kami mengumumkan kesiapan komprehensif untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan pemerintahan berikutnya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com