Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rezim Suriah Makin Terjepit

Kompas.com - 17/06/2013, 02:39 WIB

KAIRO, MINGGU - Saat rencana konferensi internasional guna mencari solusi damai krisis Suriah tak kunjung jelas, ketegangan di kawasan terus meningkat. Setelah Mesir resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah, Jordania dan Arab Saudi juga turut memanaskan suasana.

Keputusan Mesir memutus hubungan diplomatik dengan Suriah diumumkan langsung Presiden Muhammad Mursi dalam sebuah rapat raksasa di Kairo, Mesir, Sabtu (15/6). ”Kami hari ini memutuskan untuk memutus total semua hubungan dengan Suriah dan dengan rezim Suriah saat ini,” tutur Mursi di depan rapat raksasa yang digelar para ulama Sunni di Mesir.

Keputusan Pemerintah Mesir itu diambil di tengah maraknya seruan para ulama Sunni di dunia Arab agar kawasan itu mengobarkan ”perang suci” terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad di Damaskus.

Seruan para ulama itu memicu keretakan sektarian yang makin besar dan berbahaya di Timur Tengah.

Presiden Assad dan para pendukungnya diketahui berasal dari kelompok Alawite, yang merupakan cabang dari Syiah. Sementara kubu oposisi yang berusaha menumbangkan rezim Assad sebagian besar berasal dari kelompok Sunni.

Belakangan, perang saudara di Suriah mulai menyeret sejumlah pihak dari luar Suriah. Rezim Assad didukung Iran dan milisi Hezbollah di Lebanon, yang sama-sama Syiah. Sementara negara-negara lain di kawasan yang didominasi kelompok Sunni mendukung oposisi.

”Hezbollah harus pergi dari Suriah. Kata-kata ini serius. Tak ada tempat bagi Hezbollah di Suriah,” kata Presiden Mursi.

Keputusan Mesir ini langsung mendapat reaksi dari Damaskus. Hari Minggu (16/6), Pemerintah Suriah menuduh Mesir telah terjebak dalam konspirasi AS dan Israel untuk memecah belah Timur Tengah. Damaskus juga menuduh Mursi berusaha mengalihkan perhatian rakyat Mesir dari krisis politik internal di negeri itu.

Siap tempur

Posisi rezim Presiden Assad makin terjepit setelah Arab Saudi dikabarkan berencana memasok pasukan oposisi Suriah dengan rudal antiserangan udara Mistral buatan Eropa. Kabar itu dimuat majalah Jerman, Der Spiegel, Minggu.

Jordania juga menyatakan siap bertempur untuk mempertahankan negara itu dari ancaman Suriah. ”Jika dunia tak memberikan bantuan seperti seharusnya, dan apabila keadaan (di Suriah) makin berbahaya bagi negeri kami, kami mampu setiap saat mengambil langkah-langkah untuk melindungi negeri dan kepentingan rakyat kami,” kata Raja Jordania Abdullah, Minggu.

Jordania saat ini tengah menggelar latihan militer gabungan dengan AS dan 17 negara lain. AS mengerahkan pesawat-pesawat tempur F-16 dan rudal antirudal Patriot dalam latihan itu.

Hari Sabtu, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel menyetujui permintaan Amman agar pesawat dan rudal-rudal itu tetap berada di Jordania setelah latihan berakhir. Hal itu diduga sebagai langkah awal AS untuk menerapkan zona larangan terbang di Suriah.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov langsung mengingatkan, setiap usaha AS menerapkan zona larangan terbang secara paksa di Suriah adalah tindakan ilegal yang melanggar hukum internasional. (AFP/AP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com