Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayesha Farooq, Pilot Tempur Pertama AU Pakistan

Kompas.com - 14/06/2013, 16:02 WIB

ISLAMABAD, KOMPAS.com — Warna kerudung berwarna hijau daun yang dikenakan Ayesha Farooq (26) masih terlihat di sela-sela helm terbang yang digunakannya di dalam kokpit sebuah jet tempur milik Angkatan Udara Pakistan.

Ya, Ayesha adalah perempuan pertama dan sejauh ini satu-satunya pilot tempur yang terdaftar di AU Pakistan.

Ayesha, berasal dari kota Bawalpur, Provinsi Punjab, menjadi salah satu dari 19 perempuan yang tercatat berprofesi sebagai pilot di Pakistan selama satu dekade terakhir.

Selain Ayesha, ada lima orang perempuan lain yang terdaftar di AU Pakistan sebagai pilot tempur. Namun, baru Ayesha yang lolos ujian sebagai pilot tempur sesungguhnya.

"Saya tak merasa berbeda. Kami melakukan aktivitas yang sama, yaitu menjatuhkan bom tepat sasaran," kata perempuan bersuara lembut itu mengomentari pekerjaannya di pangkalan AU Mushaf, Pakistan.

Meningkatnya jumlah perempuan yang bergabung dengan angkatan bersenjata Pakistan belakangan ini dilihat sebagai sebuah sikap menuju perubahan status perempuan.

"Karena terorisme dan lokasi negeri kami yang sangat penting sehingga kami mencoba tetap bertahan," kata Ayesha, merujuk militansi Taliban dan meningkatnya kekerasan sektarian di negeri itu.

Kondisi keamanan Pakistan bertambah buruk jika ditambah kondisi di negeri tetangga Afganistan yang akan segera ditinggal pasukan NATO akhir tahun depan. Situasi semakin rumit jika hubungan yang tak mesra dengan India ditambahkan.

Keinginan bergabung dengan angkatan udara muncul dari benak perempuan yang hanya dibesarkan ibunya yang miskin itu, tujuh tahun lalu.

"Dalam masyarakat kami, sebagian besar anak perempuan tak akan pernah berpikir hal-hal seperti menerbangkan pesawat terbang," kata Ayesha.

Kondisi itu ditambah tradisi "sangat laki-laki" di dalam angkatan bersenjata yang membuat banyak perempuan berpikir dua kali untuk menjadi pilot pesawat tempur.

Perubahan sikap

Tradisi kuno, khususnya di kawasan sabuk kesukuan di sepanjang perbatasan dengan Afganistan, membuat Pakistan kesulitan menegakkan hak-hak perempuan.

Namun, kini perempuan Pakistan menjadi lebih memahami hak-hak mereka dan mulai berani bergabung dengan militer sebagai bagian dari pemberdayan perempuan.

"Semakin banyak perempuan yang bergabung dengan Angkatan Udara saat ini," kata Nasim Abbas, Komandan skuadron 20, yang terdiri atas 25 pilot, termasuk Ayesha yang menerbangkan jet buatan China, F-7PG.

"Pandangan negeri ini sudah berubah. Demikian juga cara berpikir bangsa ini," ujar Abbas kepada Reuters di pangkalan udara yang terletak 280 kilometer sebelah timur ibu kota Islamabad.

"Angkatan Udara kini memiliki 316 anggota perempuan dibanding 100 orang pada lima tahun lalu," tambah Abbas.

Saat ini, terdapat 4.000 perempuan menjadi anggota angkatan bersenjata Pakistan. Sebagian besar dari mereka bertugas di belakang meja atau menjadi staf kesehatan.

Dalam satu dekade terakhir, semakin banyak perempuan yang menjadi pengawas lalu lintas udara, membantu mengamankan jalur udara komersial Pakistan dari serangan pemberontak.

Beberapa perempuan bahkan bergabung di pasukan elite anti-teroris. Namun, seperti di banyak negara di dunia, prajurit perempuan Pakistan masih dilarang bertempur di garis depan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com