Pasukan antihuru-hara akhirnya menguasai Alun-alun Taksim setelah para pengunjuk rasa mundur ke Taman Gezi dan jalan-jalan kecil di sekitarnya.
Sebagian besar pasukan antihuru-hara mengambil posisi di bagian timur Alun-alun Taksim di depan gedung Kebudayaan Nasional Turki, serta di bagian selatan alun-alun di sekitar Hotel Marmara dan patung pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk.
Bentrokan baru berakhir, Rabu, sekitar pukul 05.00 waktu setempat, setelah kedua pihak merasa kelelahan.
Sebelum penyerbuan aparat terhadap Alun-alun Taksim itu dilakukan, Erdogan menegaskan bahwa kesabarannya telah habis. ”Kami tidak akan bertoleransi lagi,” katanya dalam pidato di hadapan anggota parlemen.
Para pengamat menyebut, PM Erdogan memutuskan menyerbu Alun-alun Taksim malam itu agar posisi politiknya kuat sebelum melakukan perundingan dengan perwakilan para pengunjuk rasa. Perundingan dijadwalkan dilakukan hari Rabu.
Namun, penyerbuan aparat tersebut membuat para demonstran kehilangan kepercayaan terhadap perundingan itu. ”Kami tidak akan menerima (hasil perundingan) itu,” tutur Anessa (29), salah satu demonstran yang menuduh pemerintah memilih-milih kelompok yang akan diajak berunding.
Sementara itu, menurut jajak pendapat terbaru, popularitas Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan tak terlalu anjlok akibat unjuk rasa antipemerintah selama dua pekan terakhir ini.
Tetap tingginya popularitas AKP itu disebabkan sebagian besar para pengunjuk rasa memang bukan pendukung AKP dan PM Erdogan pada pemilu sebelum ini. Karena itu, AKP berani mengambil keputusan menyerbu Alun-alun Taksim.