BRISBANE, KOMPAS -
Tajuk rencana surat kabar West Australian edisi Rabu menyatakan, membiarkan jenazah- jenazah itu terapung di Samudra Hindia adalah sesuatu yang sulit diterima. Demikian dilaporkan koresponden Kompas,
”Sama sulitnya menerima kenyataan bahwa mereka yang gagal mencapai daratan kita minggu lalu sebenarnya sudah dekat sekali ke tempat di mana mereka bisa mencari perlindungan dari ancaman yang mereka hindari di tempat asalnya, tetapi mereka begitu jauh dari selamat,” ungkap tajuk rencana itu.
Dalam artikelnya yang dimuat harian The Guardian Australia, Selasa, pengacara bidang keadilan sosial, Elizabeth O’Shea, mempertanyakan, andai para korban itu adalah penumpang kapal mewah, apakah mereka juga tidak diangkat?
Alasan aparat Australia meninggalkan para jenazah korban itu di laut karena Komando Perlindungan Perbatasan mendapat tugas menyelamatkan pencari suaka yang masih hidup di perahu lain.
Perdana Menteri Australia Julia Gillard, Selasa, membela keputusan itu. Gillard mengatakan, aparat berkonsentrasi untuk menyelamatkan yang masih hidup.
O’Shea membandingkan tragedi ini dengan peristiwa kapal MS St Louis yang pada tahun 1939 membawa 938 pengungsi Yahudi melarikan diri dari Jerman. Kapal itu ditolak merapat di Kuba dan Amerika, akhirnya kembali ke Eropa.
Para pengungsi tersebut kemudian dibagi-bagi ke beberapa negara dan 254 orang di antaranya tewas dalam peristiwa Holocaust.
O’Shea juga menyindir kegaduhan yang selalu terjadi di Australia setiap ada kasus terkait pencari suaka itu. Menurut dia, dampak pengungsi pada masyarakat Australia sangat kecil.
Mereka hanya dua persen dari seluruh imigran yang datang. Jumlah pengungsi dan pencari suaka yang diterima Australia juga jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara maju lainnya. Menurut O’Shea, Australia berada di urutan ke-41 dalam jumlah penerimaan imigran menurut data tahun 2007, di belakang AS, Jerman, dan Inggris.
Perdebatan mengenai pencari suaka menjadi komoditas politik yang panas menjelang pemilu Australia, September mendatang.
Awal bulan ini, menteri luar negeri bayangan dari pihak oposisi, Julia Bishop, mengatakan, kubu oposisi sudah berunding dengan pihak Indonesia untuk memulangkan perahu pencari suaka yang merapat ke Australia.
Padahal, sebelum itu, Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengatakan, memulangkan kembali perahu pencari suaka ke Indonesia adalah sesuatu yang tak mungkin dilakukan karena Indonesia bukan negeri asal para pencari suaka itu, dan Indonesia sendiri adalah korban dari jaringan perdagangan manusia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.