Jakarta, Kompas -
Upacara pemakaman dipimpin oleh Pemimpin Media Group Surya Paloh. Selain keluarga besar, prosesi tersebut juga dihadiri para sahabat, murid, karyawan, wartawan, dan handai tolan. Hadir pula, antara lain, pengajar Lembaga Pers Dr Sutomo, Atmakusumah Astraatmadja, Pemimpin Umum
Putra bungsu Dja’far, Muhamad Gazy, mengatakan, ayahnya dirawat dan menjalani operasi untuk menangani kanker usus besar yang telah menyerang lever di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, sekitar dua bulan. Belakangan, almarhum dirawat di RS Mitra Kemayoran, Jakarta, hingga wafat. Dja’far meninggalkan seorang istri (Syfa D Assegaff), tiga anak (Soraya, Ahmad Rukny, dan Muhamad Gazy), dan sembilan cucu.
Dja’far lahir di Tanjung Karang, Lampung, 12 Desember 1932. Sebagian besar hidupnya diabdikan untuk mengembangkan dunia jurnalistik di sejumlah media massa. Tahun 1955, dia menjadi Redaktur Pelaksana Harian
Di mata Surya Paloh, sosok Dja’far merupakan tokoh pers yang penting. Selama berkarier, almarhum berpegang teguh pada pikiran dan profesionalismenya. Dia juga fleksibel, bisa bergaul dengan lintas generasi, serta memiliki rasa humor.
Jakob Oetama menilai, sosok Dja’far merupakan wartawan sejati. Sebagai sahabat, dia selalu mengajak berbicara tentang keadaan masyarakat, pemerintah, kehidupan rakyat, dan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan. ”Dia peduli pada orang lain. Itu salah satu sikap yang diperlukan kita sebagai wartawan,” katanya.
Bagi Atmakusumah Astraatmadja, kemampuan diplomasi merupakan nilai lebih Dja’far selain jurnalistik. Hal itu tak lepas dari kecakapan, wawasan, dan pergaulannya yang luas.