AMMAN, KOMPAS.com — Perang yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir di Suriah ternyata berdampak panjang untuk para pengungsi Suriah, khususnya bagi para anak-anak gadis.
Banyak anak-anak perempuan pengungsi Suriah yang dipaksa menikah dini demi peluang keluar dari kondisi yang buruk di kamp-kamp pengungsian.
Salah seorang pengungsi Suriah, Abu Mohammad, mengatakan, dia terpaksa menikahkan anak gadis remajanya dengan seorang pria Saudi kaya berusia 40-an tahun dengan harapan anak perempuannya akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
"Itu (menikahkan putrinya) adalah hal terakhir yang ingin saya lakukan," kata Abu Mohammad (50), di luar tendanya di kamp pengungsi Zaatari, Jordania, yang menampung 160.000 warga Suriah.
"Sekarang kami tinggal di sebuah penjara besar, yang kondisinya sangat buruk," kata ayah enam anak itu.
Abu Mohammad mengatakan, pria Saudi yang menjadi suami anaknya berjanji akan menolong keluarganya hingga krisis berakhir dan mereka bisa kembali ke Suriah.
"Hanya Tuhan yang tahu kapan krisis ini akan berakhir," tambah Abu Mohammad.
Perwakilan Unicef di Jordania, Dominique Hyde, mengatakan, tidak ada data yang jelas seberapa marak perkawinan dini yang terjadi di kamp-kamp pengungsi Suriah. Namun, Dominique mengakui hal itu telah terjadi.
"Dari informasi yang dikumpulkan selama proses pemantauan terungkap bahwa kawin paksa dan pernikahan dini memang terjadi," ujar Dominique.
"Ini merupakan masalah hak asasi dan kesehatan perempuan," tambah dia.
Banyaknya warga di luar kamp pengungsi yang mencari perempuan untuk dinikahi dibenarkan para penghuni kamp Zaatari.
"Dua orang dari luar (kamp) Zaatari belum lama ini menanyakan hal yang sama. Salah seorang pelanggan mengatakan kepada mereka bahwa dia memiliki dua orang putri," kenang Hosha.
"Ketiga orang itu kemudian meninggalkan toko bersama dan saya tak tahu apa yang terjadi kemudian," tambah Hosha.
Hosha mengatakan, para pengungsi menerima tawaran pernikahan ini karena mereka mengkhawatirkan masa depan dan ingin memastikan bahwa putri mereka akan selamat.
Menurut Menteri Dalam Negeri Jordania Hussein Majali, pemerintah negeri itu mencatat telah terjadi 1.029 pernikahan antara pria Jordania dan pengungsi perempuan Suriah sejak ribuan warga Suriah mengungsi ke kerajaan itu pada 2011.
"Pria non-Jordania tercatat menikahi 331 perempuan Suriah. Angka ini masih dalam batasan normal," kata Majali.
Pemerintah Jordania mengatakan, negeri itu kini menampung sedikitnya 500.000 warga Suriah dan 70 persen dari para pengungsi itu adalah perempuan dan anak-anak.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.