Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siklon Tropis Yagi Kurangi Awan Hujan

Kompas.com - 11/06/2013, 12:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Suhu muka laut hangat di perairan timur Filipina kini menimbulkan siklon tropis Yagi. Pusaran angin yang bergerak menjauh dari wilayah Indonesia itu menarik sebagian massa uap air sehingga mengurangi potensi awan hujan di beberapa daerah.

”Berkurangnya awan hujan diprediksikan hanya berlangsung beberapa hari. Potensi hujan tetap ada, dipengaruhi penguapan lokal,” kata Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hariadi, Senin (10/6/2013), di Jakarta.

Senin pukul 07.00, posisi siklon tropis itu di 2.280 kilometer utara timur laut Tahuna dengan kecepatan angin maksimum 75 kilometer per jam. Arah gerak ke timur laut, menjauh dari Indonesia dengan kecepatan 17 kilometer per jam.

Prediksi untuk 72 jam ke depan, siklon bergerak ke utara, menjauhi Indonesia dengan kecepatan angin maksimum 85 kilometer per jam. Saat ini, siklon tropis Yagi menimbulkan gelombang laut setinggi 2 meter di perairan timur Filipina dan di utara Papua. Hujan terjadi di Sulawesi utara dan Maluku.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, banjir akibat hujan deras pada Minggu hingga Senin dini hari di Medan menyebabkan 1.206 rumah terendam.

Dari Madiun dilaporkan, terpaan angin kencang menyebabkan tanaman padi roboh. Hal ini berpotensi panen dini dan menurunkan kualitas gabah dan beras. Kekhawatiran tersebut diungkapkan Kepala Subdivre Bulog Madiun Taufan Akib.

Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Madiun Bambang Brasianto mengatakan, anomali cuaca mulai memunculkan serangan hama pada tanaman padi, seperti bercak daun, Xanthomonas, dan belalang.

Sementara itu, Kabupaten Tasikmalaya mewaspadai bencana puting beliung. Dalam enam bulan terakhir, sedikitnya empat kejadian merusak 60 rumah.

Untuk mengantisipasi cuaca buruk serta dampak asap belerang di Gunung Slamet, Jawa Tengah, pendakian di gunung itu dibatasi. Menurut Ketua Gabungan Pencinta Alam Slamet dari jalur pendakian Guci Kabupaten Tegal Bambang Hariyanto, para pendaki diimbau berada di puncak gunung maksimal 2,5 jam. Mereka diimbau menghindari puncak di malam hari atau siang hari. (NAW/NIK/CHE/WIE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com