Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konservatif Lawan Reformis

Kompas.com - 11/06/2013, 02:48 WIB

Teheran, Senin - Salah satu calon presiden Iran dari kelompok konservatif, Gholam Ali Haddad Adel, mundur dari persaingan menjelang pemilu 14 Juni. Pengunduran dirinya bertujuan memberi jalan kemenangan bagi para kandidat konservatif lainnya.

”Saya mengumumkan penarikan saya dari pemilihan presiden untuk mempromosikan kemenangan konservatif,” kata Haddad Adel, dalam pernyataan kepada media lokal, Senin (10/6).

Ia mengaku berharap kelompok konservatif menang di babak pertama. ”Tetapi, jika ada putaran kedua, kompetisi akan terjadi di antara dua (calon) konservatif,” ujarnya.

Haddad Adel adalah satu dari beberapa calon presiden (capres) dari kelompok konservatif. Capres konservatif lainnya adalah Wali Kota Teheran Mohammad Baqer Qalibaf, mantan Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Velayati, dan ketua juru runding nuklir Iran, Saeed Jalili, yang dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Dalam pemilu yang akan digelar Jumat mendatang, mereka akan bersaing dengan para kandidat dari kalangan reformis dan moderat Iran.

Dua capres yang dianggap mewakili kelompok reformis dan moderat adalah Hassan Rohani dan Mohammad Reza Aref. Rohani adalah ulama moderat berusia 64 tahun, sedangkan Reza Aref adalah mantan wakil presiden di era Presiden Mohammad Khatami.

Iran di era Khatami ditengarai cukup reformis. Relasi negara itu dengan dunia Barat relatif cukup harmonis.

Kondisi itu berubah ketika Iran berada di bawah Presiden Ahmadinejad yang dikenal sangat keras terhadap Amerika.

Kebijakan Iran terkait pengayaan uranium dan pengembangan program nuklir membuat AS dan sekutu-sekutunya menerapkan sanksi ekonomi terhadap negara itu. Hal tersebut membuat kondisi ekonomi dan keuangan Iran melemah.

Kelemahan itu bisa menjadi celah bagi Reza Aref menggaet suara. ”Saya mengajak para pemilih muda memberikan suara mereka karena tidak memilih adalah bukan pilihan,” kata Reza Aref.

Mohammad Shabani, pengamat independen soal Iran yang tinggal di Inggris, mengatakan, isu inflasi dan pengangguran bakal menjadi perhatian utama pemilih. ”Rata-rata pemilih Iran kini berusia 38 tahun dan terutama berkaitan dengan mengamankan mata pencaharian,” kata Shabani.

Membantah

Sementara itu, Dewan Pengawal Konstitusi membantah kabar yang menyebut mereka akan melarang Rohani maju dalam pemilu nanti.

Salah satu anggota tim pemenangan Rohani, Mohammad Reza Nematzadeh, seperti dikutip kantor berita ISNA, mengatakan telah menerima kabar tentang peninjauan ulang pencalonan Rohani oleh Dewan Pengawal Konstitusi. ”Namun, kami ragu terhadap kebenaran hal itu,” kata Nematzadeh.

Yasmin Alem, pakar sistem pemilu Iran di AS, mengatakan, tidak ada preseden untuk mendiskualifikasi calon setelah surat kepercayaan telah disetujui dewan yang memiliki kekuasaan besar itu.

”Sejauh yang saya tahu, undang-undang pemilu bahkan tidak menetapkan klausul mengenai hal ini,” kata Alem kepada Reuters.

Sebelumnya juga tersiar kabar, Pengawas Pemilu Iran mempertimbangkan mencoret nama Rohani dari bursa pemilihan.

Rohani merupakan kandidat paling moderat dan menonjol yang didukung Dewan Pengawal Konstitusi Iran. Rohani merupakan juru runding nuklir di bawah Presiden Mohammad Khatami.

Majunya dua kandidat dari kalangan reformis itu menandai kebangkitan kembali kelompok itu di Iran. Sebelumnya, dua tokoh oposisi Iran, yakni Mir-Hossein Mousavi dan Mehdi Karoubi, ditahan oleh pemerintah Presiden Ahmadinejad pasca-pemilu tahun 2009 yang ditandai protes besar-besaran karena dugaan kecurangan. Pemilu, Jumat mendatang, merupakan pemilu pertama setelah kerusuhan itu.

Sebelumnya, Dewan Pengawal Konstitusi telah melarang mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani dan orang terdekat Ahmadinejad ikut dalam pemilu kali ini. Langkah itu dinilai sebagai cara menahan laju calon independen. (AFP/Reuters/JOS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com