Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Kubu yang Merasa Terpinggirkan

Kompas.com - 10/06/2013, 02:08 WIB

Gerakan massa Turki menentang pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan memasuki hari ke-10, Minggu (9/6). Unjuk rasa ini menguak sebuah perlawanan gerakan nasionalis sosialis terhadap islamis kapitalis di negara itu. Siapa pun yang mengunjungi Alun-alun Taksim di jantung kota Istanbul, basis gerakan perlawanan tersebut, akan segera mendapat kesan itu.

Alun-alun Taksim kini ibarat tempat pameran foto dan poster tokoh sosialis nasionalis dunia, seperti Vladimir Lenin (tokoh komunis Rusia), Che Guevara (tokoh sosialis Amerika Latin), dan Abdullah Ocalan (tokoh Kurdi pendiri Partai Pekerja Kurdistan/PKK yang beraliran sosialis). Poster Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki modern tahun 1923 yang beraliran sosialis nasionalis, juga terlihat bertebaran. Kadang terlihat gambar Kemal Ataturk bersanding dengan Lenin.

Unjuk rasa ini dipicu rencana pemerintah mengubah peruntukan Taman Gezi di sebelah Alun-alun Taksim menjadi pusat budaya dan belanja. Kelompok penentang melihat arsitek di belakang alih fungsi Taman Gezi ini adalah gerakan elite di lingkaran terdekat Erdogan. Kelompok bermodal besar di lingkaran Erdogan itu dituding berambisi bisnis, mengubah satu- satunya taman terbuka hijau di pusat kota Istanbul itu, menjadi pusat perbelanjaan.

Pemerintahan Erdogan serta Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpinnya kini diidentikkan sebagai gerakan yang mengancam kehidupan sosialis nasionalis di Turki. Kemajuan ekonomi Turki saat ini justru dirasa semakin menyingkirkan mereka yang berada di luar kekuasaan. Erdogan kini juga kerap dikonfrontasikan dengan Kemal Ataturk, yang ditonjolkan sebagai figur nasionalis sekuler.

Hampir semua sudut Alun-alun Taksim juga dipenuhi spanduk dan baliho partai-partai beraliran sosialis nasionalis itu. Hal itu di antaranya spanduk Sosyalist Demokrasi Partisi (SDP), Ezilenlerin Sosyalist Partisi (ESP), Socialist Dayanisma Platform (Sodap), dan Baris ve Demokrasi Partisi (BDP).

Hassan (27), insinyur mesin, yang turut berunjuk rasa menuduh Erdogan semakin kapitalis. ”Erdogan sering bertindak sewenang-wenang tanpa berkomunikasi dengan rakyat atau kelompok lain,” katanya. Hassan berasal dari Partai Kaldirac Turki yang beraliran marxis. Partai Kaldirac ikut membangun posko di Alun-alun Taksim sebagai tempat mobilisasi massa.

Hassan tak lupa memberi secarik kertas berisi tuntutan Partai Kaldirac yang terdiri atas 10 butir. Hal itu di antaranya mempertahankan Taman Gezi sebagai ruang terbuka hijau dan membatalkan semua proyek di Alun-alun Taksim. Kaldirac juga meminta polisi antihuru-hara ditarik dan semua orang yang ditahan akibat unjuk rasa ini dibebaskan. Mereka juga menuntut menteri dalam negeri, kepala polisi nasional, gubernur Istanbul, dan kepala polisi Istanbul segera dicopot.

Pengunjuk rasa lain bernama Oraun Ogyz (27) menuduh Erdogan diktator dan menyalahgunakan kekuasaan karena kerap tidak berkonsultasi dengan rakyat dan partai politik lain dalam mengambil keputusan. Ogyz, yang mengaku tidak berafiliasi ke partai mana pun, mengatakan, jika Erdogan berkomunikasi dulu soal proyek alih fungsi Taman Gezi, tidak akan terjadi keributan seperti sekarang ini. Ogyz memimpikan lahir pemimpin baru di Turki yang melanjutkan perjuangan Kemal Ataturk. (Musthafa Abd Rahman, dari Istanbul, Turki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com