Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 07/06/2013, 05:21 WIB
|
EditorPalupi Annisa Auliani

CANBERRA, KOMPAS.com — Cara Australia menangani upaya pemulihan ekspor daging sapi ke Indonesia dinilai sudah salah arah. Ulasan pers setempat yang mengangkat masalah ini pun dianggap bisa menyinggung "perasaan" Indonesia.

Seorang analis industri ekspor daging sapi, Steve Meerwald, mengatakan, Australia perlu lebih menunjukkan rasa hormat kalau menghendaki Indonesia meningkatkan kuota impor sapinya. Mantan bos Wellard Rural Exports ini berpendapat perlu ada pendekatan berbeda dalam negosiasi, tak cukup dengan banyak perwakilan peternak dan pemerintah yang berkunjung ke Indonesia.

"Kesalahan terbesar adalah kita belum cukup berkonsultasi dengan mereka, lalu kita merasa sudah pasti berhasil," tutur Steve. Contoh paling anyar, sebut dia, adalah kunjungan menteri-menteri pertanian dari Northern Territory dan Queensland ke Indonesia.

Steve berpendapat, diskusi yang terbangun dalam kunjungan itu baik sekali. Namun, sayangnya, pemberitaan dari peliputan kunjungan tersebut menggambarkan Australia sudah benar-benar berhasil mendapatkan kuota besar ekspor sapi. "Ini sangat mengganggu," tegas Steve, seperti dikutip radio ABC Kamis (6/6/2013). "Harusnya tergantung pada kemauan Indonesia soal kuota tersebut dan tergantung kepada mereka juga kapan mereka mau mengumumkannya," tambah dia.

Keinginan Indonesia untuk mampu memenuhi sendiri kebutuhan daging, ujar Steve, pada gilirannya tak akan meningkatkan kuota impor secara mencolok. "Respons Indonesia selama ini selalu berdasarkan kebijakan ini (termasuk reaksi terhadap pelarangan ekspor dari Australia pada 2011), dan nantinya ada pergantian pemerintahan (di Indonesia), yaitu Pemilu 2014," kata dia.

Menurut Steve, masalah kuota impor daging sapi pada akhirnya akan menjadi kebijakan dari pemerintah baru Indonesia setelah Pemilu 2014. "Pemerintah barulah yang akan menentukan kebijakan yang benar dan harapan saya akan lebih banyak konsesi untuk mengimpor sapi dari Australia," kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke