Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Jumat di Jerusalem

Kompas.com - 07/06/2013, 02:26 WIB

Oleh Trias Kuncahyono dari Jerusalem

Suara gemericik dari Air Mancur Muristan seperti menyapu hawa panas siang itu. Air mancur itu berdiri di tengah perlimaan Jalan Muristan di dekat Suq Aftimor, Wilayah Muristan, Kota Tua Jerusalem. Muristan ada di Kawasan Kristen. Kota Lama atau Kota Tua Jerusalem terbagi menjadi empat kawasan: Muslim, Kristen, Armenia, dan Yahudi.

”Konon, Aftimor artinya kehidupan dan Muristan berarti rumah sakit,” kata Ihab Barakat, seorang warga Palestina yang orangtuanya memiliki sebuah toko cendera mata hanya sekitar tiga meter dari air mancur itu. Ihab baru beberapa bulan kembali ke Jerusalem setelah sekolah di Inggris.

Kami berdua berdiri di dekat air mancur itu di bawah terik matahari dan terkena cipratan air. Ihab lalu menunjuk pada menara masjid yang menjulang di depan sebelah kiri dari tempat kami berdiri dan mengatakan, ”Itu menara Masjid Umar”. Dan, di depan sebelah kanan terlihat menara Gereja Sang Penebus. Tak jauh dari keduanya, di antara Masjid Umar dan Gereja Sang Penebus, berdiri kokoh Gereja Makam Kristus.

”Maaf, saya harus shalat Jumat dulu,” kata Ihab ketika terdengar suara azan dari pengeras suara di Masjid Umar. Begitu suara azan selesai, segera terdengar lonceng gereja dari puncak menara Gereja Sang Penebus. Bunyi lonceng gereja itu memberikan pertanda saat doa Malaikat Tuhan, tepat pukul 12.00.

Sayup-sayup terdengar bunyi lonceng gereja, entah dari gereja apa. Pasti di depan Tembok Ratapan, yang tak jauh dari tempat kami berdiri, orang-orang Yahudi berdoa, mendaraskan doa mereka sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Masjid, Tembok Ratapan, dan gereja adalah penguasa Kota Lama Jerusalem. Sudah berbilang tahun mereka berdiri di sana, dan berbilang kali pula digunakan untuk berdoa, memuji Tuhan, mengagungkan nama-Nya oleh begitu banyak orang, tidak hanya orang-orang yang tinggal di wilayah itu, tetapi dari berbagai penjuru dunia.

Jerusalem telah menjadi bukti empiris tentang banyak jalan menuju Tuhan. ”Kebenaran itu satu, tetapi jalan menuju kebenaran banyak,” begitu tulis Ibnu Rusyd yang sering juga disebut Averroes (1126-1198), seorang filsuf dari Andalusia.

Namun, ke depan, apakah Kota Lama Jerusalem akan tetap seperti sekarang ini? Pertanyaan itu, antara lain, yang sempat dibicarakan dalam diskusi kecil dengan sejumlah tokoh di Jerusalem, termasuk dengan Presiden Shimon Peres. Ada yang mengatakan, biarlah Jerusalem tetap seperti sekarang ini. Ada yang berpendapat, Jerusalem kita kelola bersama. Ada pula yang berpendapat, Jerusalem milik Israel! Namun, Ihab dan orang-orang Palestina lainnya tentu akan mengatakan, Jerusalem milik kami!

Jerusalem, Jerusalem, benarlah kata para cerdik pandai, inilah kota tempat cinta diagungkan, tetapi sekaligus kebencian dipelihara. Namun, siang itu, hari Jumat, Jerusalem begitu damai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com