Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Protes di Turki Mulai Mematikan

Kompas.com - 04/06/2013, 12:20 WIB

ISTANBUL, KOMPAS.com — Polisi Turki dan para demonstran anti-pemerintah bentrok lagi di Istanbul, Selasa (4/6/2013) pagi, saat korban tewas dalam protes nasional di negara itu bertambah jadi orang.

Sementara itu, salah satu serikat pekerja utama negara itu menyerukan pemogokan dua hari mulai Selasa sebagai protes atas tindakan keras pemerintah terhadap demonstran. Tindakan keras pemerintah itu telah dikecam sebagai "teror negara".

Di Istanbul pada Selasa dini hari, polisi anti-huru-hara menembakkan gas air mata terhadap para pengunjuk rasa yang membakar mobil, melemparkan batu, dan meneriakkan slogan kemarahan. Adegan serupa terjadi di ibu kota Ankara.

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, yang telah meninggalkan negara itu untuk sebuah kunjungan ke Maroko, berkeras bahwa situasi negaranya telah tenang.
Ia menolak pembicaraan tentang "Turki Spring" oleh rakyat Turki yang menuduh dia telah berusaha untuk memaksakan reformasi Islam di negara sekuler itu.

Bentrokan itu, yang telah mengguncang sejumlah kota di seluruh Turki, memasuki hari kelima, Selasa. Di Istanbul, polisi anti-huru-hara bermain kucing-kucingan dengan ribuan pemrotes yang berkumpul di dekat kantor Erdogan dan di dekat stadion tim sepak bola Besiktas pada Selasa dini hari. Sejumlah wartawan AFP melihat banyak demonstran yang dibawa oleh petugas medis. Saat asap putih membubung di udara di jalan-jalan sekitarnya, ribuan demonstran lainnya berkumpul di Taksim Square, jantung simbolis dari aksi protes itu.

"Tayyip, mundur!" teriak mereka sambil melambaikan bendera merah dan spanduk serta bersiul.

Di Ankara, polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan ratusan pemrotes pada Selasa pagi.

Erdogan telah menyebut para demonstran sebagai "ekstremis" dan "pembangkang" yang berasal dari kelompok lawan-lawannya. "Situasinya sekarang mereda, pada saat saya kembali dari kunjungan ini, masalah akan diselesaikan," katanya kepada wartawan di Rabat, Maroko. "Republican People’s Party dan para pembangkang lain terlibat dalam peristiwa itu," katanya mengacu pada pihak oposisi utama Turki.

Sebuah serikat petugas medis pada Senin pagi mengatakan, seorang pria tewas ketika sebuah mobil menabrak para demonstran di Istanbul pada hari Minggu. Dan Selasa pagi, stasiun televisi swasta NTV melaporkan bahwa seorang pria 22 tahun meninggal setelah ditembak di kepalanya di Provinsi Hatay, di selatan negara itu. Abdullah Comert telah meninggal di rumah sakit pada Senin, kata laporan itu, yang mengutip pernyataan dari kantor gubernur setempat.

Gelombang protes itu dimulai setelah polisi menindak apa yang para demonstran katakan sebagai protes damai di Istanbul terkait rencana alih fungsi Gezi Park menjadi pusat perbelanjaan. Gezi Park merupakan sebuah taman hijau yang langka yang berbatasan dengan Taksim Square. Hal itu kemudian menimbulkan aksi protes anti-pemerintah yang lebih luas di Istanbul, Ankara, dan puluhan kota-kota lainnya di negara itu.

Kelompok-kelompok HAM dan para dokter mengatakan, lebih dari seribu orang telah terluka dalam bentrokan di Istanbul, dan 700 orang di Ankara. Perkiraan terbaru pemerintah pada hari Minggu menyebutkan angka 58 warga sipil dan 115 pasukan keamanan terluka, sementara bentrokan telah pecah di 67 kota. Juga dikatakan bahwa lebih dari 1.700 orang telah ditangkap di seluruh negeri, tetapi banyak yang telah dibebaskan.

Erdogan menyebut para demonstran sebagai "pengacau". Ia menekankan bahwa dirinya telah terpilih secara demokratis. Partainya, yaitu Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) telah memenangkan tiga pemilihan parlemen berturut-turut, tetapi para lawannya telah melontarkan kekhawatiran yang kian meningkat bahwa Turki bergerak menuju ke Islam yang konservatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com