Pandangan itu disampaikan oleh Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Irak, Martin Kobler, Kamis (30/5). ”Saya sungguh menaruh perhatian,” ujarnya di Berlin, Jerman.
Menurut Kobler, kekerasan saat ini bisa menjadi semakin buruk jika pemerintah tidak segera memulai pembicaraan damai. ”Itu sebabnya saya bersikeras mengadvokasinya. Namun situasi tak banyak berubah,” katanya.
Kobler mengatakan, kekerasan sektarian semakin dalam dan jauh lebih sistemik. Persoalan ini hanya bisa diselesaikan jika ada kesepakatan politik dengan pihak terkait. ”Jika ada kesepakatan politik, keamanan akan lebih baik. Kenyataannya bertolak belakang. Tidak ada kesepakatan politik dan kekerasan sektarian semakin meningkat,” katanya.
Kekerasan sistemik siap meledak setiap saat di Irak jika semua pemimpin Irak tidak terlibat langsung di dalam upaya mengakhirinya. PBB menyerukan para pejabat Irak agar segera menggelar pembicaraan guna mengakhiri konflik dan sengketa politik. Masalah itu bisa mendorong konflik yang jauh lebih buruk. PBB juga memperingatkan Irak agar siap terseret ke dalam satu kekerasan panjang.
Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari menggemakan lagi pernyataan Kobler. Menurut dia, jika tidak pernah ada kesepakatan politik, hal itu akan berdampak pada masalah keamanan, dan situasi keamanan pun tidak akan stabil.
Sejak awal tahun ini, korban jiwa terus berjatuhan setiap hari. Akibat serangan bom dan kekerasan senjata selama bulan Mei saja telah mencapai lebih dari 600 orang. Kekerasan terbaru terjadi pada hari Jumat (31/5), di mana orang-orang bersenjata menembak mati tiga polisi.
Sekelompok orang bersenjata menyerang pos keamanan di kota Fallujah, di Irak barat, Jumat pagi. Tiga polisi ditembak mati. Beberapa polisi lagi terluka serius. Fallujah adalah bekas basis utama jaringan teroris internasional Al Qaeda. Kota ini terletak sekitar 65 kilometer sebelah barat Baghdad, ibu kota Irak.
Serangan bom berseri sehari sebelumnya di beberapa tempat di Irak menyebabkan 33 orang tewas. Puluhan orang lagi terluka. Sebagian korban adalah polisi dan aparat keamanan lainnya. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab dalam serangan sektarian itu, yang menyasar wilayah Sunni dan Syiah.
Kematian terbaru itu telah mendongkrak jumlah korban tewas pada Mei. Jumlah korban tewas lebih dari 600 orang.
Lonjakan kekerasan beberapa pekan ini mengingatkan pada pembantaian sektarian yang mendorong Irak ke perang saudara pada tahun 2006 dan 2007. Adapun korban terbanyak terjadi pada April, bulan paling mematikan di Irak sejak Juni 2008, yakni dengan jumlah korban tewas lebih dari 700 orang.(AFP/AP/REUTERS/CAL)