Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendaki Everest Membeludak, Kemacetan Lalu Lintas Tertinggi di Dunia

Kompas.com - 30/05/2013, 14:21 WIB

Hoyland mengatakan, banyak pendaki kurang tahu cara mengoperasikan tali atau menggunakan crampon. "Ada bencana besar yang menunggu untuk terjadi."

Pada tahun 1996, delapan orang meninggal dalam waktu 36 jam di dekat puncak. Pada 2012, sekitar 10 orang meninggal di gunung, tiga dari mereka sherpa. Data dari AFP menyebutkan sejak 1953 hingga 2010 terhitung ada 4.400 orang yang telah mendaki ke Gunung Everest. Sebanyak 206 di antaranya tewas.

Jadi, tidak mengherankan bahwa ketegangan telah terbangun.

Menurut Hoyland, para pendaki berpengalaman telah frustrasi menghadapi antrean panjang para pendaki amatir yang menggunakan tali tetap dan memperlambat mereka.

Emosi di gunung memuncak pada April ketika perkelahian pecah di ketinggian 7.470 meter antara dua pendaki terkenal Eropa, Ueli Steck dan Simone Moro, dan sekelompok pemandu gunung Nepal.

Masalah sampah

Sampah dan kotoran manusia menjadi masalah pelik di atap dunia ini. Botol-botol oksigen, bendera doa, dan bekas tenda rusak berhamburan di puncak. Serangkaian ekspedisi khusus untuk aksi bersih-bersih telah dilakukan untuk menekan masalah ini.

Solusi lain yang diusulkan yaitu membatasi jumlah pendaki. Sampai tahun 1985, Pemerintah Nepal hanya diperbolehkan melakukan satu ekspedisi pada setiap rute ke puncak pada satu waktu.

Lainnya menyarankan, izin pendakian baru bisa dikeluarkan jika pendaki telah menjalani pelatihan atau setidaknya menunjukkan pengalaman mendaki gunung. "Jika setiap orang naik memiliki setidaknya sedikit gambaran tentang budaya pendakian, itu akan membuat perbedaan besar," kata Hoyland. BBC/AFP

LIHAT GALERI FOTO: 60 tahun Penaklukkan Atap Dunia Everest

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com