Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Suriah Merembet ke Beirut

Kompas.com - 27/05/2013, 03:38 WIB

Kairo, Kompas - Kecemasan perang Suriah merembet ke Lebanon semakin kuat, menyusul ledakan dua roket Grad yang menghantam basis Hezbollah, di Beirut selatan, Minggu (26/5). Sedikitnya lima orang terluka akibat serangan itu.

Stasiun televisi Al Jazeera menayangkan gambar sebuah roket menghantam ruang pamer mobil yang membuat beberapa mobil mengalami kerusakan. Roket kedua menyerang sebuah rumah yang menyebabkan kerusakan pada ruang tamu.

Tembakan dua roket ke wilayah yang dikuasai Hezbollah itu adalah insiden pertama sejak serangan militer Israel ke Lebanon tahun 2006. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, yang mengikuti insiden itu dari Kairo, Mesir.

Sejauh ini belum ada pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu. Menteri Dalam Negeri Lebanon Marwan Charbel, yang mengunjungi lokasi, mengatakan, terlalu dini untuk mengetahui pelaku serangan tersebut. Ia hanya mengarahkan tangannya ke tenggara kota Beirut sebagai asal penembakan itu.

Namun, analisis awal menyebutkan, kemungkinan besar dua roket itu ditembakkan loyalis revolusi Suriah dari dalam Lebanon atau dari Suriah. Serangan itu dipastikan sebagai balasan kelompok oposisi Suriah terhadap keterlibatan milisi Hezbollah dalam pertempuran memperebutkan kota Al Qusair.

Serangan itu terjadi hanya sehari setelah Pemimpin Hezbollah Sheikh Hassan Nasrallah untuk pertama kali secara terbuka menyatakan Hezbollah turut berperang di Suriah. Nasrallah mengakui, milisi bersenjata Hezbollah bahu-membahu dengan pasukan loyalis Presiden Bashar al-Assad terlibat pertempuran di Suriah.

Ia pun berjanji akan bertempur di Suriah hingga meraih kemenangan. Nasrallah berdalih, keterlibatan Hezbollah untuk menghadapi agenda Amerika Serikat, Israel, serta kelompok Sunni radikal yang mengancam Lebanon, Suriah, dan kawasan.

Di depan ribuan pendukungnya dalam acara peringatan 13 tahun mundurnya Israel dari Lebanon selatan, Nasrallah mengatakan, Suriah adalah benteng belakang gerakan perlawanan. Gerakan perlawanan tak mungkin berpangku tangan jika benteng belakang terancam. Menurut dia, jika Suriah jatuh, Israel akan masuk Lebanon, dan kawasan ini akan memasuki era kegelapan.

Pernyataan Nasrallah itu segera menuai kritik lawan politiknya. Pemimpin kelompok Al Mustaqbal yang anti-Suriah, Saad al-Hariri, mengatakan, Hassan Nasrallah dan gerakan perlawanan memilih bunuh diri politik dan militer di Al Qusair karena mereka akan kalah.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin di Mesir, Yasser Mahraz, mengatakan, keterlibatan Hezbollah dalam pertempuran di Suriah mencampakkan kredibilitas kelompok itu dan menguak wajah asli Hezbollah yang berorientasi sektarian.

Mereda

Pertempuran di Al Qusair yang melibatkan milisi Hezbollah, Minggu pagi, dilaporkan mereda. Lembaga umum untuk revolusi Suriah, seperti dikutip Aljazeera, mengungkapkan, korban tewas dalam pertempuran di Al Qusair sehari sebelumnya mencapai 39 orang, termasuk beberapa anak.

Juru bicara lembaga itu, Hadi Abdullah, mengungkapkan, milisi Hezbollah sering menembakkan roketnya ke arah rumah penduduk sehingga banyak warga sipil yang tewas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com