Dua Pendaki Tiba di Puncak Everest

BANDUNG, KOMPAS - Dua pendaki dari tim 7 Summits Indonesia, Fajri Al Luthfi (28) dan Martin Rimbawan (28), berhasil mencapai puncak Gunung Everest dan bergabung dalam jajaran pendaki tujuh puncak tertinggi di dunia dari Indonesia. Pendakian ini dilakukan setelah keduanya gagal tiba di puncak dalam ekspedisi tahun 2012.

Keduanya berhasil tiba di puncak Everest pada Kamis, 23 Mei 2013, pukul 04.45 waktu setempat dengan menyusuri jalur selatan melalui Nepal. Awalnya, mereka dijadwalkan tiba di puncak pada 22 Mei, tetapi terhalang cuaca buruk sehingga pendaki bertahan di Kamp 4 pada ketinggian 7.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kamp ini kerap disebut zona kematian karena suhu yang rendah bisa menyebabkan perubahan metabolisme secara cepat dan berujung kematian.

”Martin yang pertama tiba di puncak, disusul Fajri pada 15 menit kemudian,” kata juru bicara tim 7 Summits, Galih Donikara, Sabtu (25/5).

Bagi Martin dan Fajri, keberhasilan ini sekaligus membayar utang mereka tahun lalu yang gagal naik ke puncak Gunung Everest bersama tim 7 Summits yang lain. Martin tak bisa berangkat karena alasan kesehatan. Adapun Fajri gagal sampai di puncak dan perjalanannya terhenti di ketinggian 8.000 mdpl, sementara puncaknya ada di ketinggian 8.848 mdpl. Dalam perjalanan itu, ada dua pendaki yang berhasil sampai di puncak, yakni Iwan Irawan dan Nurhuda. Mereka menggunakan jalur utara, yakni Tibet.

Galih mengatakan, keberhasilan ini melengkapi pencapaian Ekspedisi 7 Summits untuk melahirkan dua orang yang berhasil mendaki tujuh puncak tertinggi di dunia sekaligus pernah mendaki Everest dari dua sisi, yakni Tibet dan Nepal.

”Pencapaian ini bertujuan mengangkat sekaligus menyejajarkan Indonesia dengan negara lain di bidang pendakian gunung, serta memberikan kesaksian dan fakta tentang pemanasan global dan perubahan iklim yang kian memburuk,” tutur Galih.

Tujuan lain dari Ekspedisi 7 Summits adalah menyusun metodologi dan program latihan yang diperuntukkan bagi pendaki dari negara tropis untuk menaiki gunung es. Untuk tujuan ini, Wanadri bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung. (eld)