”Saya tidak bisa membayangkan cara mengelola negara yang lebih buruk dari ini, bahkan misalnya itu sudah direncanakan dari awal. Saya tak ingin tunduk pada propaganda dan serangan- serangan mereka, tetapi ketidaktahuan mereka itu sungguh mengganggu. Tidakkah mereka tahu apa yang sedang mereka lakukan?” tutur Rafsanjani kepada tim kampanyenya, Rabu, seperti dilaporkan laman kubu oposisi, Kaleme, Kamis (23/5).
Pada hari Selasa, Rafsanjani didiskualifikasi oleh Dewan Pengawal Konstitusi dari daftar calon presiden yang akan bersaing dalam pemilihan presiden (pilpres) Iran, 14 Juni mendatang.
Juru bicara Rafsanjani, Eshagh Jahangiri, mengatakan, Rabu, mantan Presiden Iran itu tak akan melawan keputusan dewan yang didominasi orang-orang kepercayaan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, itu.
Dalam pernyataannya, Rafsanjani tak menyebut secara spesifik siapa pemimpin Iran yang ia maksud. Dia pernah melontarkan kritik keras kepada Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad saat pemerintah memberangus kelompok oposisi pada pilpres tahun 2009 yang dimenangi Ahmadinejad.
Namun, dalam konteks kepemimpinan, jabatan presiden di Iran memiliki wewenang terbatas. Menurut Associated Press (AP), tugas utama Presiden Iran lebih banyak terkait urusan- urusan domestik dan sebatas menyampaikan pandangan para ulama yang berkuasa ke dunia internasional.
Selebihnya, kekuasaan tertinggi masih dipegang Pemimpin Tertinggi Iran, yang saat ini dipegang Khamenei.
Rafsanjani juga mengatakan, ia seharusnya tak perlu maju dalam pilpres kali ini. ”(Tetapi) saya kebanjiran surat dan panggilan telepon dari Najaf, Qom, dan Mashhad, dari semua ulama utama, yang mendorong saya mencalonkan diri. Tak mungkin saya keras kepala dan mengatakan tidak kepada mereka, terutama kepada anak-anak muda,” ujar salah satu tokoh Revolusi Islam Iran tahun 1979 ini.
Dengan tersingkirnya Rafsanjani dan orang terdekat Ahmadinejad, Esfandiar Rahim Mashaie, dari persaingan pilpres Iran, pertarungan politik akan terjadi di antara delapan calon presiden yang didominasi kelompok konservatif.
Kepala juru runding nuklir Iran saat ini, Saeed Jalili (47), dipandang sebagai kandidat terkuat untuk menggantikan Ahmadinejad. Meski tak memiliki pengalaman di eksekutif, ia dikenal dekat dengan Khamenei.