Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuhan Keji di London

Kompas.com - 24/05/2013, 02:43 WIB

London, Kompas - Pemerintah Inggris berusaha mencegah aksi pembalasan anti-Muslim sekaligus menyelidiki kemungkinan keterlibatan gerakan ekstremis terkait pembunuhan brutal seorang prajuritnya di London, Rabu (22/5).

Pembunuhan keji ini mengguncang Inggris karena para pelakunya tidak berusaha kabur dan membiarkan aksi mereka direkam kerumunan orang yang melihat tragedi itu. Sempat direkam kamera video amatir, seorang pelaku mengatakan bahwa Inggris tidak akan aman selama tentaranya masih berada di negara-negara Muslim.

Koresponden Kompas di Londo, Anton Alifandi, melaporkan, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengecam keras pembunuhan keji itu yang dinilainya merupakan pengkhianatan atas nilai-nilai Islam.

Cameron menekankan bahwa tanggung jawab atas aksi tersebut sepenuhnya berada di tangan para pelaku. ”Orang-orang semacam ini berusaha memecah kita. Mereka sepatutnya tahu bahwa peristiwa semacam ini hanya akan menyatukan kita dan membuat kita lebih kuat,” katanya di Downing Street setelah memimpin rapat komisi darurat negara.

Kedua pelaku serangan itu— di mana satu orang berhasil diidentifikasi polisi sebagai Michael Adebolajo (28), warga Inggris keturunan Nigeria—menabrak sang prajurit yang sedang berjalan di dekat barak tentara Woolwich, London tenggara.

Mereka lantas membunuhnya dengan senjata tajam dan tetap berada di lokasi sampai polisi datang. Seorang ibu bernama Ingrid Loyau-Kennett yang berusaha menyelamatkan jiwa sang prajurit bahkan berbicara dengan Adebolajo yang mengatakan dia ingin memulai perang di Inggris. Loyau-Kennett membalas, ”Kamu akan kalah. Kamu sendiri, kami banyak.”

Dalam pidatonya, Cameron mengatakan, ucapan Loyau-Kennett yang juga seorang pembimbing pramuka itu mewakili seluruh Inggris. Kedua pelaku sekarang sedang dirawat di dua rumah sakit terpisah setelah ditembak polisi.

Pada malam harinya, sekitar 60 anggota kelompok ekstrem kanan Liga Pembelaan Inggris (English Defence League) bentrok dengan polisi dalam unjuk rasa di Woolwich. Polisi juga menahan seseorang yang berusaha membakar sebuah masjid di Braintree, kota kecil di timur London, dan seorang lagi di Gillingham, kota kecil di selatan London, yang berusaha menyerang masjid. Di luar itu tidak terdapat peristiwa anti-Muslim.

Sementara itu, seorang pemimpin kelompok radikal Inggris Al Muhajiroun, Anjem Choudary, mengatakan kepada televisi ITV bahwa dia mengenal Michael sebagai seorang mualaf bernama Mujahid yang sampai dua tahun lalu hadir dalam pengajiannya.

Aparat keamanan masih menyelidiki apakah Adebolajo dan rekannya bertindak atas prakarsa pribadi ataukah mereka bagian dari serangan terencana yang dilakukan kelompok ekstrem Inggris ataupun asing.

Pembunuhan keji tentara Inggris di jalanan Woolwich ini hanya berselang satu setengah bulan setelah serangan bom maraton Boston, Amerika Serikat (AS). Serangan di Boston dilakukan oleh Tsarnaev bersaudara, Tamerlan dan Dzhokhar yang juga mengatasnamakan perjuangan umat Muslim melawan AS yang mereka tuduh memerangi umat Muslim di seluruh dunia.

Dalam pengakuan Dzhokhar— yang merupakan keturunan etnis Chechen Rusia—kepada penyidik federal, aksi bom yang menewaskan 3 orang dan melukai 260 orang lainnya itu sebagai balas dendam atas perilaku AS di negara-negara Islam.

Penyelidik federal masih terus menelusuri apakah aksi Tsarnaev bersaudara itu terkait jaringan terorisme internasional atau sebatas aksi ekstrem domestik. Rabu lalu, seorang keturunan Chechen lainnya, Ibragim Todashev (26), ditembak mati petugas federal di Orlando Florida. Todashev yang hendak diinterogasi terkait aksi Tsarnaev melawan dan menyerang petugas dengan pisau sebelum dilumpuhkan timah panas. (AFP/joy)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com