Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komandan Pemberontak Suriah Mengaku "Kanibal"

Kompas.com - 15/05/2013, 15:48 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com  Seorang pemberontak Suriah menegaskan bahwa dialah sosok yang difilmkan sedang memakan organ seorang tentara Suriah yang tewas dalam sebuah video yang beredar di YouTube. Khalid al Hamad, dikenal dengan nama samaran Abu Sakkar, mengatakan kepada majalah Time bahwa video itu asli dan bahwa dia menggigit paru-paru prajurit itu. Video tersebut telah memicu kecaman dari sekutu dan simpati dari para pemberontak serta telah menjadi bagian dari perang propaganda sengit yang sedang berkobar di media sosial.

Situs-situs berita di seluruh dunia telah memperlihatkan Al Hamad menancapkan giginya ke dalam apa yang tampaknya merupakan paru-paru seorang tentara pemerintah Suriah yang tewas. Teman-temannya sesama pemberontak ada yang menyerukan agar dia ditangkap atau dibunuh karena aksinya itu. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam dia. Namun, Al Hamad menegaskan, dia tidak menyesal.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan lewat Skype, Selasa (14/5/2013) dini hari, dengan Time, Al Hamad menjelaskan apa yang menyebabkan dia memotong organ prajurit itu. "Kami membuka ponselnya dan saya menemukan sebuah video klip seorang perempuan dan dua anak perempuannya yang sepenuhnya bugil dan tentara itu melecehkan mereka, dan menempelkan sebuah pentungan di sana-sini."

Video "kanibalisme" itu, yang berdurasi 27 detik, memperlihatkan Al Hamad mengacung-acungkan organ yang tampaknya merupakan paru-paru dan jantung tentara Suriah yang terbujur kaku di kaki Al Hamad. Video tersebut pertama kali dilihat dua wartawan Time pada April. Beberapa minggu kemudian, Time memperoleh kopinya. Namun, majalah itu ingin memastikan keaslian video tersebut.

"Walau telah diberi tahu oleh sejumlah saksi bahwa gambar dalam video itu benar adanya, kami mencari tahu tentang keaslian isinya karena menyadari potensi bahwa bisa saja hal itu dipalsukan untuk tujuan propaganda. Al Hamad kini telah memastikan bahwa video itu memang benar adanya dan bahwa ia memang menggigit paru-paru prajurit itu. (Pada saat shooting, Al Hamad yakin ia menggigit hati. Seorang ahli bedah yang telah melihat video itu menegaskan bahwa organ tersebut adalah paru-paru, yang agak menyerupai hati)," tulis Time.

Pada 12 Mei, kopi video itu muncul di sebuah situs proregime, dari situ lalu menyebar di Facebook dan YouTube.

Menurut Time, Al Hamad seorang Sunni yang "terbakar kebencian" sektarian terhadap kaum Alawit. Pria itu, kepada Time, mengaku bahwa ia punya sebuah video lain yang tak kalah mengerikan tentang pembunuhan seorang tentara pemerintah dari kaum Alawit. Presiden Suriah, Bashar Assad, seorang Alawit. Konflik Suriah semakin berkembang menjadi konflik sektarian.

Al Hamad mengatakan, "Mudah-mudahan kami akan memenggal mereka semua (kaum Alawit). Saya punya sebuah video klip lain yang akan saya kirimkan kepada mereka. Dalam video itu, saya menggergaji seorang Shabiha (milisi pro-pemerintah) yang lain. Gergaji itu kami biasa gunakan untuk memotong pohon. Saya menggergaji orang itu menjadi potongan-potongan kecil dan besar."

Al Hamad juga menjelaskan, walau kedua belah pihak dalam konflik Suriah menggunakan video klip tentang aksi brutal mereka masing-masing untuk mengintimidasi pihak lain, ia yakin video klipnya akan berdampak khusus pada pasukan rezim Suriah. "Mereka juga membuat film, tetapi setelah apa yang saya lakukan, mudah-mudahan mereka tidak akan pernah masuk ke daerah di mana Abu Sakkar berada," katanya dengan menggunakan nama samarannya dan merujuk pada wilayah yang kini dikontrolnya.

Human Rights Watch (HRW), yang memvalidasi video itu, merilis sebuah laporan pada 13 Mei yang mengidentifikasi Al Hamad sebagai komandan terkenal yang bertanggung jawab atas penembakan lintas perbatasan baru-baru itu ke sebuah desa kaum Syiah di Lebanon yang menewaskan dua orang. Organisasi itu mendesak Dewan Keamanan PBB untuk membawa situasi Suriah ke Mahkamah Pidana Internasional guna memastikan pertanggungjawaban atas semua kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.  "Tidaklah cukup bagi oposisi Suriah untuk mengutuk perilaku seperti itu atau menyalahkan hal itu pada kekerasan yang dilakukan pemerintah," kata Nadim Houry, wakil direktur HRW untuk Timur Tengah. "Pasukan oposisi harus bertindak tegas untuk menghentikan pelanggaran tersebut."

Sebaliknya, Al Hamad mengecam HRW dan PBB karena berfokus pada pelanggaran oposisi saat rezim bertanggung jawab atas kekejaman serupa. Dalam wawancara dengan Time itu, ia mengirim link ke video-video di YouTube yang menunjukkan pelanggaran rezim. "Mengapa PBB tidak mendesak Shabiha untuk tidak melakukan hal itu? Shabiha sendiri membuat sejuta video klip yang memperlihatkan mereka menikam dan memerkosa."

Al Hamad mengatakan, video itu merekam ia pertama kali mencoba untuk makan hati musuh. Dia mengindikasikan bahwa kebrutalan rezim telah mendorong dirinya untuk bertindak ekstrem. "Anda tidak melihat apa yang kami lihat, dan Anda tidak mengalami apa yang kami alami. Di mana saudara-saudara saya, teman-teman saya, gadis-gadis tetangga saya yang diperkosa? Semoga Tuhan memberkati mereka semua."

Dewan Militer Tertinggi, yang mengawasi sekitar 90 persen dari kelompok pemberontak di Suriah, telah menerbitkan sebuah poster - yang beredar di Facebook, yang menyerukan penangkapan terhadap Al Hamad. Dewan itu mengatakan, pihaknya menginginkan dia "hidup atau mati." Sebagai tanggapan, para pendukung Al Hamad telah mem-posting potret Al Hamad yang sedang menyandang senapan. Keterangannya berbunyi, "Kami mencintaimu."

Al Hamad menegaskan dalam wawancara dengan Time itu bahwa revolusi dimulai sebagai pemberontakan damai lebih dari dua tahun yang lalu. "(Kaum Alawit) adalah orang-orang yang membunuh anak-anak kami di Baba Amr dan memerkosa perempuan kami," katanya merujuk ke lokasi pertempuran sengit di kota Homs yang terjadi pada Februari 2012. Setelah itu, ia merujuk pada pembantaian baru-baru ini di desa Sunni di dekat wilayah pesisir Baniyas yang dikatakan dilakukan oleh rezim Suriah. Dia mengatakan, "Mereka adalah orang-orang yang memenggal anak-anak dan perempuan di Bayda (di dekat Baniyas). Bukan kami yang memulainya, mereka yang mulai." Dia bersumpah untuk membalas setiap kematian. "Slogan kami adalah: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com