Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi Jepang: Pekerja Seks PD II Diperlukan

Kompas.com - 14/05/2013, 10:41 WIB

KOMPAS.com — Seorang politisi Jepang yang berpengaruh menyebutkan, sistem yang memaksa perempuan penghibur pada masa Perang Dunia II adalah sesuatu yang diperlukan. Wali Kota Osaka Toru Hashimoto mengatakan, perempuan penghibur atau jugun ianfu memberi kesempatan istirahat bagi para tentara Jepang yang hidupnya berada dalam risiko.

"Dalam situasi ketika peluru beterbangan seperti hujan dan angin, tentara berlarian dengan risiko kehilangan nyawa mereka," tuturnya seperti dikutip media Jepang. "Jika Anda ingin mereka beristirahat dalam situasi demikian, sistem perempuan penghibur diperlukan. Setiap orang bisa memahami itu."

Dia mengakui bahwa para perempuan tersebut melakukan hubungan seks yang "berlawanan dengan keinginan" mereka.

Ditambahkannya bahwa Jepang bukan satu-satunya negara yang memberlakukan sistem tersebut. Namun, Jepang bertanggung jawab atas tindakannya.

Permintaan maaf

Para perempuan penghibur untuk tentara Jepang pada masa PD II antara lain berasal dari China, Korea Selatan, Filipina, Indonesia, dan Taiwan.

Pandangan Jepang atas peran dan perilaku mereka selama PD II sering menjadi sumber ketegangan dengan negara-negara tetangganya.

Bagaimanapun, Hashimoto menyatakan bahwa dia mendukung pernyataan dari Perdana Menteri Tomiichi Murayama pada tahun 1995, yang meminta maaf atas perilaku Jepang di Asia pada saat PD II.

"Hal itu merupakan akibat dari tragedi perang bahwa menjadi perempuan penghibur berlawanan dengan keinginan mereka. Tanggung jawab perang juga berada di Jepang. Kami dengan santun menawarkan kata-kata yang baik hati kepada para perempuan penghibur," tuturnya.

Hashimoto merupakan salah seorang pendiri Partai Restorasi Jepang yang beraliran nasionalis. Dia merupakan gubernur termuda dalam sejarah Jepang sebelum menjadi Wali Kota Osaka pada tahun 2011.

Tahun lalu dia juga mengeluarkan pernyataan kontroversial karena berpendapat Jepang membutuhkan kediktatoran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com