Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sharif Tidak Ingin Berdamai dengan Ekstremis

Kompas.com - 13/05/2013, 14:17 WIB
Pascal S. Bin Saju

Penulis

LAHORE, KOMPAS.com  - Bakal Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif tampaknya akan tetap menjadi sekutu pragmatis Amerika Serikat. Sharif takkan mengakhiri perang melawan Al Qaeda dan Taliban dan ingin fokus pada upaya memperbaiki perekonomian. Padahal selama kampanye dia berjanji untuk melakukan dialog damai dengan kelompok Taliban.

Sharif pernah dua kali menjabat PM Pakistan, yakni antara November 1990 - Juli 1993 dan Februari 1997 - Oktober 1999. Selama itu dia tidak pernah mengalami terorisme di dalam negeri. Dia kini menyuarakan dukungan melakukan pembicaraan damai dengan Taliban, kelompok yang telah membunuh ribuan orang dalam hampir tujuh tahun pemberontakan.

Fakta selama kampanye, Taliban mengancam dan menyerang partai saingan Sharif, yakni Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan sekutu utama partai milik keluar Benazir Bhutto itu. Taliban mengatakan, serangan itu untuk membatasi kemampuan PPP dan sekutunya, tetapi secara positif berkontribusi untuk kemenangan Liga Muslim Pakistan (PML-N) pimpinan Sharif, dalam pemilu.

Selain menangani kubu Islam garis keras, Sharif juga menghadapi tantangan besar lainnya yakni meningkatkan kesejahteraan mayoritas penduduknya yang miskin. Dia harus memperbaiki ekonomi dan mengatasi krisis energi, dan juga melobi agar tidak ada lagi sanksi dari Barat.

"Hal paling penting adalah kita tidak boleh membiarkan tanah kita digunakan oleh siapa saja untuk membuat masalah dengan negara manapun di dunia ini," kata Sharif seperti dikutip The Sunday Telegraph sesaat seetlah partainya, PML-N, memenangkan pemilu hari Sabtu.

Presiden AS Barack Obama, Minggu, mengatakan, Washington akan terus bekerja sama dengan pemerintah baru "sebagai mitra setara dalam mendukung masa depan yang lebih stabil, aman, dan sejahtera bagi rakyat Pakistan".

Ada kesan bahwa Sharif ingin melindungi kelompok garis keras. Namun Jonah Blank, mantan Direktur Asia Selatan pada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mengatakan, "Saya tidak benar-benar melihat bukti bahwa dia seorang pemimpin ekstremis dengan cara apapun." 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com