Islamabad, Minggu -
Televisi nasional Pakistan, Minggu, melaporkan, sejauh ini hasil penghitungan suara pemilihan umum menunjukkan, PML-N telah memperoleh lebih dari 115 kursi dari 272 kursi Majelis Nasional yang diperebutkan. Partai Tehrik-i-Insaf (PTI) mengantongi 34 kursi dan Partai Rakyat Pakistan (PPP), yang berkuasa lima tahun terakhir, meraih 32 kursi.
”Kemenangan Sharif itu menjelaskan dua hal. Pertama, rakyat lebih memilih nyaman dengan status quo atas ketidakpastian revolusi. Kedua, semua jalan ke pusat kekuasaan harus melewati Punjab, dan di dalam Punjab berisi orang-orang berhaluan kanan dan konservatif,” kata wartawan senior Pakistan, Nusrat Javeed.
Sabtu malam, meski penghitungan suara masih berjalan, Sharif telah menyampaikan pidato kemenangan. Dia menyatakan akan mempertimbangkan lagi kerja sama dengan Amerika Serikat dalam menghadapi Taliban. Sharif juga akan mengedepankan dialog dengan Taliban. Langkah ini bisa ditentang militer yang kehilangan ribuan prajuritnya dalam perang melawan terorisme.
Pemilu Pakistan kali ini menjadi tonggak penting demokrasi, yakni menandai untuk pertama kalinya transisi kekuasaan secara damai dari satu pemerintahan sipil ke pemerintahan sipil yang lain. Sebelumnya, sejarah politik Pakistan sejak merdeka pada Agustus 1947 selalu diwarnai kekuasaan militer.
Meski demikian, pemilu hari Sabtu lalu gagal mengakhiri dominasi PML-N dan PPP. Sartaj Aziz, seorang pejabat senior PML-N, mengatakan, Sharif mulai berbicara dengan para anggota parlemen dari kubu independen untuk masuk ke koalisinya.
Partai Sharif harus mengalokasikan 70 kursi untuk perempuan dan minoritas non-Muslim. Sharif, seorang konservatif religius, mengatakan, tentara tetap akan keluar dari panggung politik.
Sejak awal masa kampanye hingga pemungutan suara berlangsung, Pakistan berada di bawah tekanan Taliban. Kelompok ini melihat pemilu Pakistan tidak Islami. Khusus pada hari pemungutan suara, 29 orang tewas akibat serangan bom.(REUTERS/AFP/AP/CAL)