Teheran, Minggu -
Tokoh yang relatif moderat itu siap berlaga dalam pemilihan presiden (pilpres) yang akan digelar 14 Juni nanti.
Pencalonan Rafsanjani mengubah secara radikal peta persaingan politik Iran, yang sebelumnya diperkirakan hanya akan terjadi di antara faksi-faksi di dalam kelompok konservatif.
Secara signifikan, Rafsanjani mungkin dapat meraih dukungan dari kelompok reformis yang telah absen sejak 2009.
”Para
Rafsanjani yang berusia 78 tahun menjadi tantangan bagi kubu konservatif, termasuk Mahmoud Ahmadinejad, setelah mendapat dukungan dari kaum reformis.
Ahmadinejad selama ini menang karena mendapat dukungan kuat dari Khamenei.
Dukungan tersebut merupakan langkah untuk mengatasi sekat yang melebar di antara kaum elite agama dan politik. Meski demikian, sesuai konstitusi, Ahmadinejad tidak boleh lagi mencalonkan diri dalam pilpres ini.
Rafsanjani dianggap bagaikan angin segar bagi Iran. ”Rafsanjani melampaui semua hal yang pragmatis, pemecah masalah. Dia mencari jalan untuk bisa mendapatkan sesuatu,” kata Shaul Bakhash dari George Mason University, Virginia, AS.
Awal pekan ini, Rafsanjani sempat mengatakan, dia takkan maju tanpa persetujuan Khamenei. Langkah itu akan mengakibatkan konflik dan perselisihan.
Para analis menduga, ia mendaftar pada menit-menit terakhir kemungkinan setelah ia mengantongi dukungan itu.
”Jika Khamenei mengizinkan dia, saya kira dia bisa bergerak cepat memimpin negosiasi langsung dengan AS, berusaha mencabut sanksi-sanksi dari Iran, meredakan retorika kebijakan luar negeri Iran selama ini, dan mengambil langkah-langkah untuk menumbuhkan investasi asing,” kata Bakhash.(REUTERS/AFP/AP/CAL)