Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filipina Diultimatum

Kompas.com - 13/05/2013, 03:38 WIB

TAIPEI, MINGGU - Pemerintah Taiwan berang dengan penembakan yang menewaskan seorang nelayannya, Kamis pekan lalu. Dalam situs web resminya, Presiden Taiwan Ma Ying Jeou, Minggu (12/5), mengultimatum Filipina untuk meminta maaf selambat-lambatnya dalam 72 jam ke depan.

Jika sampai tenggat yang ditetapkan, Selasa (14/5), Filipina tak juga meminta maaf dan melakukan sejumlah langkah konkret lain yang diminta, Pemerintah Taiwan berjanji akan mengambil langkah keras.

”Jika mereka (Pemerintah Filipina) tidak merespons positif dalam 72 jam ke depan, Taiwan akan menarik perwakilan dari Manila dan juga meminta perwakilan Filipina di Taipei keluar,” tulis Ma, seperti dikutip Xinhua.

Selain akan mengambil langkah diplomatik tersebut, Ma juga mengancam bakal membekukan izin masuk sekaligus melarang para pekerja migran asal Filipina bekerja di negerinya.

Lebih lanjut Ma juga mendesak pihak Filipina segera menginvestigasi peristiwa penembakan tersebut untuk kemudian mengungkapnya secara transparan.

Selain itu, Taiwan juga mendesak Pemerintah Filipina menghukum pelaku penembakan, membayar ganti rugi kepada keluarga korban, dan mengganti kerugian akibat kerusakan kapal nelayan yang terkena tembakan.

Secara resmi Pemerintah Taiwan mendesak kedua pihak memulai proses negosiasi terkait kesepakatan sektor perikanan secepat mungkin.

Seperti diwartakan, insiden penembakan nelayan Taiwan oleh pasukan Penjaga Pantai Filipina itu terjadi sekitar 295 kilometer sebelah tenggara Taiwan. Baik Taiwan maupun Filipina sama-sama mengklaim kawasan itu masuk dalam zona ekonomi eksklusif masing-masing.

Tertembak di leher

Mengutip pemberitaan harian China Daily, korban tewas bernama Hung Shih Cheng (65). Ia tertembak peluru di bagian leher. Saat kejadian, kapal nelayan berbobot mati 15 ton yang diawaki Hung itu diberondong peluru senapan mesin ringan kapal patroli Penjaga Pantai Filipina.

Menurut klaim Filipina, mereka sebelumnya memergoki kapal Hung beserta tiga kapal nelayan Taiwan lain tengah mencari ikan secara ilegal di perairan Filipina, Kamis pagi waktu setempat.

Tuduhan tersebut dibantah keras oleh anak Hung, yang saat kejadian ada di atas kapal bersama dua kru lain. Mereka membantah telah melanggar masuk dan mencari ikan secara ilegal di perairan Filipina.

Kapal nelayan dan jenazah Hung telah tiba kembali ke Taiwan. Seusai memeriksa, pihak penyelidik Taiwan mengaku menemukan sedikitnya 52 lubang bekas berondongan peluru di tubuh kapal.

”Ini benar-benar sebuah pembantaian,” ujar Liu Chia Kai, penyelidik Taiwan, kepada wartawan di Taipei.

Otoritas Taiwan juga marah dan menilai serangan bersenjata terhadap kapal sipil tak bersenjata sebagai sebuah pelanggaran serius terhadap kesepakatan internasional.

Menurut saksi mata, aparat Filipina juga dikabarkan langsung menembak ke arah kapal tanpa terlebih dahulu memberikan peringatan.

Kemarahan Taiwan bertambah setelah aparat Filipina dilaporkan meninggalkan begitu saja kapan nelayan itu seusai penembakan, tanpa berupaya sedikit pun untuk menolong.

Setelah kejadian tersebut, Pemerintah Taiwan yang mendapat tekanan hebat dari publik di dalam negeri mengerahkan empat kapal patroli Penjaga Pantai dan satu kapal perang Angkatan Laut untuk berpatroli di perairan tempat insiden itu terjadi.

”Pemerintah berkomitmen untuk melindungi semua nelayan kami,” ujar juru bicara kabinet Taiwan, Cheng Li Wen, saat melepas satu kapal perang jenis fregat milik Angkatan Laut Taiwan.

Tanggapan Filipina

Dari Manila dikabarkan, juru bicara Presiden Filipina, Abigail Valte, dalam sebuah siaran radio, Sabtu, menyatakan penyesalan mendalam atas insiden itu.

Abigail mengatakan, pemerintah berjanji akan menggelar penyelidikan yang transparan dan imparsial.

Pemerintah Filipina, tambah Abigail, juga mengaku sangat berharap insiden itu jangan sampai berdampak pada urusan lain, termasuk sampai mengganggu hubungan ekonomi kedua pihak.

Abigail memastikan, petugas Penjaga Pantai pelaku penembakan telah dibebastugaskan untuk menjalani penyelidikan yang adil. Namun, tak disebutkan apakah Filipina akan meminta maaf secara resmi kepada Taiwan.

Sikap enggan meminta maaf sebelumnya disampaikan dalam kesempatan terpisah oleh juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Armand Balilo, Jumat.

Balilo menyebut, apa yang dilakukan anak buahnya sudah benar dan sesuai ketentuan. Langkah keras terpaksa diambil lantaran salah satu kapal nelayan Taiwan akan menabrak kapal patrolinya.

”Jika sampai ada yang tewas, mereka pantas menerima simpati, tetapi bukan permintaan maaf kami,” ujar Armand.(AFP/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com