Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andaikan Tidak Ada Sekat-sekat Ras

Kompas.com - 10/05/2013, 08:10 WIB

Ini membuat PM kedua Malaysia, Abdul Razak Hussein, ayah PM Najib, mencanangkan Kebijakan Ekonomi Baru (NEP). Kebijakan yang bertujuan menghilangkan disparitas sosio-ekonomi antara kelompok etnis Melayu dan China ini berlanjut hingga era penerus Abdul Razak, Hussein Onn.

NEP makin mengkristal lagi ketika Wakil Hussein, Mahathir, tampil sebagai PM. Mimpi buruk Mahathir tentang ketimpangan telah membuatnya mengarahkan penguasaan minyak dari pihak asing ke perusahaan lokal, yang kemudian ditangani Petronas.

Sepak terjang Mahathir semakin luar biasa. Mahasiswa pribumi dikuliahkan dengan subsidi negara. Pembangunan pedesaan, seperti dikatakan ekonom Sadono Sukirno, turut melejitkan Malaysia dari negara miskin menjadi negara kelas menengah.

Di balik panggung

Setelah lengser, Mahathir berada di balik panggung untuk meneruskan NEP. Anwar, mantan deputinya yang dianggap sebagai pengganggu, dijatuhkan dengan tuduhan sodomi.

Dalam kampanye menjelang pemilu ke-13, Mahathir tampak tidak bisa berdiam diri. Dia menuduh sebagian tokoh Pakatan Rakyat sebagai rasis.

Najib pun mengaku kaget dengan ”tsunami China”, merujuk pada gelombang besar suara etnis China yang mengalir ke Partai Aksi Demokrasi, bagian dari kubu oposisi.

Di sisi lain, suara untuk Partai Asosiasi China Malaysia, bagian dari kubu BN, merosot.

Harian Utusan Melayu, Selasa (7/5), mengutip ucapan Mahathir, yang menyebutkan penurunan perolehan suara BN adalah akibat ulah etnis China yang tidak tahu berterima kasih dan etnis Melayu yang rakus.

Tuduhan-tuduhan bernuansa rasialisme ini mewarnai politik Malaysia.

Namun, kubu Pakatan Rakyat, yang didukung etnis Melayu, China, dan India, memperlihatkan sikap bersatu. Itu ditunjukkan pada pemilu kali ini.

Tampaknya opini sebagian warga Malaysia sudah beranjak bahwa masalah ekonomi negara bukan lagi disebabkan oleh ketimpangan. Mereka ingin demokrasi riil, pers bebas, dan perlakuan sama rata.

Inilah persoalan politik Malaysia. Ada perbedaan persepsi implisit soal etnis. Kekuatan lama ingin status quo atau keberpihakan terhadap kelompok etnis tertentu.

Di sisi lain, sebagian warga Malaysia melihat isu ras relatif tidak lagi jadi masalah.

Ah, andaikan tidak ada etnis dengan sekat-sekatnya....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com