Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Papua, Sebuah Noktah Sejarah

Kompas.com - 06/05/2013, 02:14 WIB

Oleh FREDDY NUMBERI

Tanggal 1 Mei 2013, Papua genap 50 tahun bergabung dalam NKRI. Adakah maknanya bagi rakyat Papua sebagai bagian dari bangsa Indonesia?

Pendeta Dr Martin Luther King Jr mengatakan, ”Saya bermimpi suatu saat nanti keempat anak saya tumbuh dan berinteraksi dalam bangsa yang tidak menilai mereka dari warna kulit, tetapi dari kepribadiannya.”

Pidato di tangga Lincoln Memorial di Washington itu, 28 Agustus 1963, menyerukan kesetaraan dan diakhirinya diskriminasi. Mimpi terwujud 50 tahun kemudian ketika Barrack Obama, seorang kulit hitam, terpilih menjadi Presiden AS.

Mengapa Indonesia tidak berhasil mengindonesiakan orang Papua dalam kurun yang sama? Padahal, bersama wilayah Nusantara lainnya, Papua memiliki sejarah, penjajah, dan posisi geografis yang sama; dengan cita-cita yang sama pula: merdeka, adil, makmur, dan bebas dari penindasan.

Hakikat bangsa

Filsuf Perancis, Ernest Renan (1882), berpendapat, adanya suatu bangsa karena mereka memiliki pengalaman dan latar belakang historis yang sama, memiliki keinginan hidup bersama dalam kesetiakawanan luhur.

Ilmuwan Jerman, Otto Bauer (1907), mengatakan bahwa bangsa itu terbentuk oleh sekelompok manusia dengan persamaan karakter yang tumbuh karena persamaan nasib.

Bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya memiliki persamaan sejarah dan cita-cita untuk hidup bersama dalam satu Tanah Air karena pertalian erat masa lalu: penderitaan 3,5 abad penjajahan.

Dalam perjalanan negara dan bangsa Indonesia, Reformasi 1998 menyuburkan berbagai tuntutan daerah agar lebih sejahtera di bawah NKRI. Lahir Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Sayang, langkah tepat pemerintah ini gagal karena pelaksanaannya tidak konsisten.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com