DEMAK, KOMPAS -
Camat Mijen Sugiyanto, Kamis (2/5), mengatakan, kedalaman tanggul yang ambles itu mencapai 4 meter. Padahal, kondisi Sungai Wulan tak banjir dan debit airnya normal. ”Kondisinya sekarang tinggal tepi sempadannya saja yang masih bertahan. Kalau tak ditangani, kami khawatir kebanjiran lagi,” katanya.
Sugiyanto menambahkan, pascabanjir, kini ada sembilan titik tanggul Sungai Wulan yang kritis. Titik-titik tanggul kritis tersebar di Desa Mijen, Pecuk, Jleper, dan Ngelo Kulon. Panjang kerusakan antara 7 meter dan 10 meter. Tanggul-tanggul kritis harus diprioritaskan karena selama ini menjadi pelindung kawasan permukiman warga.
Kepala Balai Pengelola Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana Jawa Tengah Noviyanto memastikan pemerintah akan menganggarkan dana Rp 10 miliar untuk menangani tanggul kritis Sungai Wulan.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jateng Reni Kraningtyas mengatakan, meskipun memasuki masa pancaroba, hujan masih terus berpotensi terjadi, terutama di Jateng bagian timur.
Wali Kota Batam, Kepulauan Riau, Achmad Dahlan mengatakan, pihaknya minta pengembang properti bertanggung jawab atas banjir di kota itu. Sebab, proyek mereka mengubah kemampuan lahan mengalirkan dan menyerap air.
Adapun Kepala Satuan Kerja Non-Vertikal Tertentu Pembangunan Waduk Jatibarang Anang Muchlis menyatakan, pembangunan Waduk Jatibarang di Kota Semarang, yang baru 64,5 persen, masih terhambat pembebasan lahan. Hal itu karena masih ada lahan warga yang belum dibebaskan.
Di Desa Tirak, Kecamatan Kwadungan, Ngawi, Jawa Timur, akibat banjir, banyak talud atau tanggul penahan tanah di tepi Sungai Bengawan Madiun yang rusak dan belum juga diperbaiki. Warga pun terancam banjir jika air naik.