Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netanyahu: Akar Konflik Bukan Soal Wilayah

Kompas.com - 01/05/2013, 20:10 WIB

JERUSALEM, KOMPAS.com — Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, Rabu (1/5/2013), mengatakan, akar konflik Israel-Palestina bukan masalah perebutan wilayah. Masalah sesungguhnya adalah Palestina terus menolak mengakui Israel sebagai negara Yahudi.

"Akar dari konflik ini bukan masalah teritorial. Masalah ini sudah terjadi jauh sebelum 1967," kata Netanyahu di dalam pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri Israel.

"Palestina terus menolak mengakui Israel sebagai negara bangsa Yahudi. Itu akan masalah sebenarnya," tambah Netanyahu.

Pernyataan Netanyahu ini tampaknya dipicu langkah Liga Arab yang menghidupkan dan memodifikasi inisiatif perdamaian 2002.

Sebelumnya, salah seorang menteri urusan keamanan yang juga sekutu dekat Netanyahu, Gilad Erdan, mengeluarkan pernyataan yang senada dengan sang perdana menteri.

"Jika Israel setuju untuk berunding dengan basis garis batas 1967, maka tidak akan banyak yang bisa dinegosiasikan," kata Erdan.

"Kami tak bisa memulai negosiasi di mana kami sebelumnya menyetujui untuk menyerahkan semuanya," sambung dia.

Proposal damai 2002 itu diusung Arab Saudi, yang pada intinya negara-negara Arab menawarkan hubungan diplomatik penuh dengan Israel asalkan Israel menarik pasukannya dari wilayah yang didudukinya seusai perang enam hari 1967.

Kini, inisiatif tersebut ditambah dengan prinsip kesepakatan bersama terkait pertukaran wilayah. Proposal ini oleh Washington dianggap sebagai sebuah langkah maju.

Langkah itu diterima ketua tim perunding Israel, Tzipi Livni. Namun, Netanyahu bersikeras penarikan mundur pasukan Israel tidak akan menyelesaikan konflik.

"Anda lihat apa yang terjadi saat kita mundur dari Jalur Gaza (2005)? Kita memindahkan semua warga Yahudi dan apa yang kita peroleh? Tembakan roket," Netanyahu menegaskan.

"Jika kita mencapai kesepakatan damai, saya ingin memastikan bahwa konflik tidak akan berlanjut. Dan, tidak akan ada lagi klaim Palestina lain sesudah itu," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com