Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih Jujur, Apa Adanya, dan Tanpa Beban...

Kompas.com - 01/05/2013, 02:32 WIB

Saat berdialog dengan Forum Pasar Global yang diselenggarakan Thomson Reuters di Singapura, pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat pernyataan mengejutkan. Dua kali Presiden mengaku frustrasi karena membangun sistem yang bersih dari korupsi di Tanah Air tak semudah yang dibayangkan.

Tanggapan beragam pun muncul dari dalam negeri. Ketua Bersama Pusat Studi Antikorupsi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Theofransus Litaay mengatakan, Presiden semestinya tidak pada posisi merasa frustrasi jika pemerintah dapat menunjukkan itikad politik yang kuat untuk memberantas korupsi. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon berpendapat, pernyataan Yudhoyono itu mungkin jujur, tetapi selayaknya tak perlu diungkapkan (Kompas, 25/4).

Tak lazim memang seorang pemimpin dalam melakukan komunikasi politik kepada publik mengakui sesuatu yang bisa dinilai sebagai kelemahan atau kekurangannya. Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, beberapa waktu lalu, mengatakan, sejak 2012, Presiden mengubah pola komunikasi politiknya menjadi lebih baik. Yang menjadi ikhtiar Presiden pada akhir masa jabatannya adalah mencapai hasil dan target sebaik-baiknya bagi kepentingan bangsa.

”Komunikasi politik Presiden saat ini dilakukan secara langsung, jujur, apa adanya, dan lebih tanpa beban,” kata Daniel.

Dalam wawancara di Brunei, akhir pekan lalu, wartawan berkesempatan mengonfirmasi secara langsung tentang komunikasi politik Presiden tersebut, juga pengakuan rasa frustrasinya. Tidak disangka, Presiden tertawa lebar, mencairkan suasana wawancara yang sebelumnya terkesan formal. Ny Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri yang turut mendampingi Presiden juga tertawa.

”Komunikasi politik itu, bagaimanapun, berangkat dari niat dan tujuan yang baik. Sebenarnya saya ingin sejak awal berkomunikasi dengan rakyat, dengan siapa pun, dengan niat dan tujuan yang baik. Cuma politik, ya, politik. Yang disampaikan Presiden… (sesaat berhenti karena tertawa), banyak ahli yang bisa bikin nasi goreng. Goreng sana, goreng sini,” kata Presiden sambil tertawa.

”Tapi tidak apa-apa. Itulah demokrasi, yang namanya pemimpin pasti dibegitukan. Mudah-mudahan pemimpin yang akan datang jangan terlalu dibegitukan, kasihan nanti tidak bisa bekerja,” lanjutnya.

Ditempa pengalaman delapan tahun memimpin Indonesia, Yudhoyono menjadi lebih mengetahui hakikat masalah bangsa ini. Ada beberapa hal yang memang berjalan sesuai agenda reformasi, tetapi ada pula yang tidak sesuai dengan roh reformasi itu. Yudhoyono ingin menyampaikan hal positif ataupun ekses negatif itu apa adanya.

Upaya memperbaiki pendekatan komunikasi politik juga dilakukan Presiden dengan bergabung bersama netizen atau warga internet dengan membuat akun Twitter @SBYudhoyono. Presiden, ujar Daniel, ingin menjadi bagian dari denyut warga biasa dan membenamkan diri untuk terlibat dalam dialog bebas dan setara.

Perubahan pola komunikasi lewat Twitter ini patut diapresiasi meski Yudhoyono bukanlah pemimpin dunia pertama yang melakukan hal itu. Sebelumnya, Presiden memiliki saluran komunikasi dengan rakyat lewat layanan pesan singkat (SMS) 9949 dan PO Box 9949.

”Diskoneksi dengan realitas adalah mimpi buruk yang hendak dicegah Presiden SBY. Menerima kritik tajam dari followers adalah bagian dari upaya memelihara koneksi itu. SBY menerima semua konsekuensi itu, termasuk yang terburuk dari semuanya, yaitu ia harus melayani ocehan dan celotehan, dari yang lucu tetapi kurang relevan hingga sinisme yang ekstrem,” kata Daniel.

Pendekatan komunikasi politik menjadi lebih berkembang, pola yang disampaikan juga lebih apa adanya. Publik tentu juga berharap dari perubahan itu ada capaian signifikan yang bisa dinikmati bangsa ini.(C Wahyu Haryo PS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com