Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Pudar di Banglades

Kompas.com - 30/04/2013, 03:20 WIB

Savar, Senin - Para petugas penyelamat di Banglades kehilangan asa untuk menemukan lagi korban yang masih hidup di reruntuhan gedung yang ambruk lima hari lalu. Senin (29/4), mereka mulai memakai alat berat untuk membersihkan puing dan menemukan jenazah korban yang sebagian besar buruh pabrik garmen di sana.

Kondisi di pabrik-pabrik garmen yang memprihatinkan kembali menimbulkan kemarahan dan ratusan pekerja hari Senin turun ke jalan di kawasan Ashulia, pinggiran kota Dhaka. Mereka membakar sebuah ambulans, menurut Independent TV. Mereka juga mencoba membakar sebuah pabrik, kata saluran TV swasta itu. Pihak berwenang menutup semua pabrik garmen di Ashulia dan Gazipur di pinggiran ibu kota itu, termasuk sebuah pabrik yang dilaporkan mengalami retak-retak dan dievakuasi.

Sedikitnya 381 orang tewas ketika Rana Plaza, gedung delapan lantai yang dibangun secara ilegal, runtuh hari Rabu pagi bersama ribuan pekerja di lima pabrik garmen di dalam gedung itu. Sekitar 2.500 orang telah menyelamatkan diri atau diselamatkan. Pemilik gedung, Mohammed Sohel Rana, hari Minggu ditangkap di kota perbatasan Benapole saat mencoba melarikan diri ke India.

Runtuhnya gedung itu merupakan bencana yang menelan paling banyak korban yang menghantam industri garmen di Banglades, kegiatan ekonomi yang bernilai 20 miliar dollar AS per tahun dan memasok perusahaan- perusahaan global.

Relawan, personel tentara, dan petugas pemadam kebakaran bekerja tanpa henti sejak Rabu. Sebagian besar dari mereka menggunakan tangan dan peralatan ringan untuk menarik keluar korban yang masih hidup. Sekitar Minggu tengah malam, pihak berwenang mengerahkan derek hidrolik dan mesin-mesin pemotong berat untuk memecah potongan-potongan besar beton menjadi bagian-bagian yang bisa diangkat dengan lebih mudah.

”Kami melanjutkan dengan hati-hati. Kalau masih ada satu nyawa yang masih hidup, kami akan mencoba untuk menyelamatkan orang itu,” kata juru bicara tentara Shahinul Islam.

”Namun, harapannya sangat kecil untuk menemukan yang masih hidup. Orang-orang kami masuk ke dalam dan melihat beberapa jenazah di lantai dasar, tetapi tidak ada yang terlihat masih hidup,” kata Brigjen Ali Ahmed Khan, pemimpin pasukan pemadam kebakaran, di tempat kejadian.

Sebelumnya, para petugas penyelamat terpukul akibat tewasnya seorang buruh garmen perempuan yang bertahan hidup berhari-hari setelah terimpit reruntuhan. Janda bernama Shahnaz itu kepada petugas pemadam kebakaran yang berusaha menyelamatkannya mengatakan, dia mempunyai bayi lelaki berusia 18 bulan dan dia bertahan hidup untuk anaknya.

Namun, kebakaran terjadi saat upaya penyelamatan. Walau api dapat segera dipadamkan, perempuan itu tewas. Para petugas pemadam kebakaran terlihat menangis ketika Shahnaz kalah dalam perjuangannya.

Perdana Menteri Sheikh Hasina mengunjungi tempat kejadian dan sebuah rumah sakit di dekatnya untuk bertemu para korban, Senin, untuk pertama kali.

Tujuh orang telah ditangkap sehubungan dengan bencana itu, yaitu empat pemilik pabrik garmen, dua insinyur kota praja, dan pemilik gedung Mohammed Sohel Rana. Polisi mencari pemilik pabrik kelima, yang menurut mereka adalah warga Spanyol.

Para pejabat industri garmen Banglades hari Senin bertemu dengan perwakilan perusahaan- perusahaan garmen Barat untuk meminta mereka tidak memindahkan bisnis ke negara lain. Pihak asosiasi produsen dan eksportir garmen itu menjanjikan mengambil tindakan agar tragedi tidak terulang.(AP/Reuters/AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com