Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Willem-Alexander Bersiap Jadi Raja

Kompas.com - 29/04/2013, 07:45 WIB

Dalam hitungan jam, rakyat Belanda akan menyambut Pangeran Oranye Willem-Alexander sebagai raja baru mereka. Pada 30 April, hari libur nasional yang dikenal sebagai Hari Ratu, Ratu Beatrix akan menandatangani surat-surat turun takhta di Ruang Moses, di istana kerajaan di tengah ibu kota Amsterdam.

Mundurnya Beatrix akan diikuti upacara penobatan di Nieuwe Kerk, Gereja Baru yang dibangun pada abad ke-15, di sebelah istana. Dalam upacara itu, Willem-Alexander akan mengucapkan sumpah setia pada konstitusi dan rakyat Belanda di depan kedua majelis Parlemen Belanda. Sejumlah tamu undangan dijadwalkan hadir, termasuk keluarga kerajaan di Eropa, para pemimpin negara, serta rakyat Belanda.

Ribuan orang berpakaian oranye—warna kebanggaan Wangsa Oranje-Nassau, yang saat ini bertakhta di Belanda—akan memadati Dam Square, lapangan di depan istana. Mereka akan melepas Ratu Beatrix, yang naik takhta pada 30 April 1980, dan menyambut raja baru dalam perayaan yang akan berlangsung sepanjang hari.

Penyerahan kekuasaan dari Beatrix kepada putranya setelah 33 tahun memerintah itu menimbulkan patriotisme dan kebanggaan di seluruh Belanda. Perayaan ini juga menyalakan kembali debat mengenai peran monarki dalam masyarakat egaliter itu.

Transformasi

Semasa mahasiswa, Willem-Alexander dikenal suka minum bir sehingga mendapat julukan Prince Pils. Namun, dia kemudian menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional dan seorang ahli air di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dihormati. Penobatan pada Selasa esok adalah transformasi terakhir putra mahkota itu menjadi seorang raja.

Willem-Alexander dipersiapkan menjadi raja sepanjang hidupnya. Namun, dia juga menjalani sebuah karier yang sibuk, yang kini harus dia lepas sebagian demi tugasnya sebagai kepala negara.

Penentangan dari gerakan republik, kelompok antimonarki, yang menjadwalkan unjuk rasa di Amsterdam pada 30 April. Mereka berharap penobatan Willem-Alexander akan menjadi yang terakhir bagi negara itu.

Walau Raja Belanda adalah kepala negara dan secara resmi bagian dari pemerintah, kekuasaannya terbatas. Hingga pemilu terakhir, Beatrix masih membantu membentuk pemerintahan baru dengan menunjuk seorang penasihat untuk memimpin negosiasi pembentukan koalisi. Kini, parlemen telah menarik kekuasaan itu.

”Tampaknya peran politis monarki akan berkurang dan bukannya bertambah,” kata Henk de Velde, Guru Besar Sejarah Belanda di Universitas Leiden.

Terkait unjuk rasa itu, Wali Kota Amsterdam Eberhard van der Laan mengatakan, keamanan akan ketat, tetapi tidak akan mengganggu perayaan di ibu kota Belanda itu. Panitia juga berjanji menekan biaya mengingat keadaan ekonomi Belanda yang suram.

Satu anggota keluarga yang dipastikan absen pada acara itu adalah Jorge Zorreguieta, ayah Putri Maxima, istri Willem-Alexander. Zorreguieta adalah menteri pertanian pada era junta militer Argentina yang memerintah dengan tangan besi pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Masa lalu Zorreguieta juga membuat dia tak diundang pada perkawinan putrinya tahun 2002.

Willem-Alexander akan menjadi raja pertama Belanda sejak Willem III meninggal tahun 1890. Tiga pendahulunya adalah Ratu Wilhelmina, Ratu Juliana, dan Ratu Beatrix. Dia merencanakan untuk menjadi raja tradisional sekaligus raja dengan visi ke masa depan. (AP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com