Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Bermutasi Setiap Saat

Kompas.com - 29/04/2013, 02:58 WIB

WASHINGTON, Minggu - Tidak ada bukti bahwa virus flu burung galur H7N9 telah berpindah dari manusia ke manusia. Namun, otoritas kesehatan menyatakan, semua pihak harus siap dengan mutasi virus itu setiap saat. Sementara itu, China melaporkan kasus baru, Minggu (28/4). Sejauh ini 23 orang tewas karena virus tesebut.

Anthony Fauci, ahli virus terkemuka dari Amerika Serikat (AS), menyatakan, para ahli di China telah mempelajari lebih dari 1.000 kontak secara dekat dari kasus yang dikonfirmasikan. Sejauh ini memang tidak ditemukan bukti virus itu dapat menyebar antarmanusia.

”Temuan itu merupakan bukti kuat karena, jika Anda memiliki seribu kontak dengan seseorang yang terinfeksi flu, Anda harus yakin beberapa di antara mereka akan terinfeksi,” ujar Fauci, yang juga pemimpin Institut Alergi dan Penyakit Infeksi Nasional (NIAID) AS.

Fauci memperingatkan bahwa otoritas harus bersiap menghadapi kemungkinan mutasi virus tersebut. Virus itu mungkin saja bermutasi sehingga dapat menyebar antarmanusia.

”Virus ini tidak dapat diperkirakan, sama seperti semua virus influenza lainnya. Satu hal yang harus kita perhatikan adalah virus ini mungkin akan memiliki kemampuan berpindah dari manusia ke manusia lainnya. Kemampuan ini memang belum terlihat sekarang, tetapi kita harus sangat siap jika hal itu terjadi,” katanya.

Para peneliti sudah mengembangkan kajian untuk mengidentifikasi H7N9. Selain itu, sudah dikembangkan pula penelitian tentang vaksinnya. Uji klinis vaksin dilakukan pada Juli atau Agustus mendatang.

”Pekerjaan ini terus dilakukan. Kami telah mulai pengembangan awal dalam mengembangkan vaksin seperti yang kami lakukan terhadap galur H5N1, beberapa tahun lalu. Diharapkan, kita tidak pernah akan menggunakan vaksin itu,” katanya lagi.

Paling mematikan

Tim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berkunjung ke China menyatakan, sejauh ini belum ditemukan perpindahan virus antarmanusia. Namun, WHO memperingatkan, galur H7N9 merupakan salah satu jenis virus yang paling mematikan.

Fauci memuji Beijing dalam mengatasi penyebaran virus ini. Penanganan yang dilakukan Beijing memang sangat berbeda jika dibandingkan ketika sindrom penyakit pernapasan merebak pada tahun 2002-2003. Ketika itu, China dituduh menutup-nutupi kasus tersebut.

”Keterbukaan China sangat baik. Saya cukup puas dengan respons China, ” kata Fauci lagi. Dia menjelaskan, dalam beberapa hal, virus H7N9 ini terkait dengan H5N1 yang muncul beberapa tahun lalu.

Di China, penyebaran virus H7N9 semakin luas. Pemerintah melaporkan kasus pertama di kawasan selatan, yakni Provinsi Hunan.

Menurut kantor berita Xinhua, perempuan pasien berusia 64 tahun itu berasal dari kota Shaoyang. Dia mengalami demam sejak 14 April. Demam itu terjadi empat hari setelah dia melakukan kontak dengan unggas. Kondisi perempuan tua itu membaik setelah dirawat.

Otoritas kesehatan setempat memeriksa orang yang pernah kontak dengan pasien. Tidak ada seorang pun dari 41 orang yang bersinggungan dengan pasien itu mengalami gejala serupa.

Pasien lain, seorang pria berusia 54 tahun yang jatuh sakit di Provinsi Jiangxi, juga dirawat di Hunan. Dia didiagnosis terinfeksi virus H7N9.

Kasus di Hunan terjadi satu hari setelah provinsi di kawasan timur, Fujian, melaporkan kasus pertama dalam pekan yang sama. Di Taiwan, seorang pria yang terinfeksi virus H7N9 menjadi kasus pertama flu burung yang terjadi di luar China. Dia terkena flu ketika mengunjungi China, pekan sebelumnya.(AFP/Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com