Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh Garmen Banglades Protes

Kompas.com - 27/04/2013, 02:29 WIB

Savar, Jumat - Polisi Banglades, Jumat (26/4), berjuang mengendalikan unjuk rasa pekerja sektor pakaian jadi yang memprotes kondisi keselamatan kerja industri itu. Protes berlangsung dua hari setelah lebih dari 300 rekan mereka tewas akibat runtuhnya gedung delapan lantai di Savar, yang umumnya dipergunakan sebagai pabrik garmen.

Pengunjuk rasa memblokade jalan dan menyerang sejumlah pabrik serta bus di distrik produsen tekstil dan pakaian jadi di sekitar Dhaka. Polisi lalu menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan mereka.

”Ratusan ribu pekerja bergabung dalam demonstrasi itu,” kata M Asaduzzaman, pejabat polisi di Gazipur, yang menyebut situasi sangat rentan.

Para buruh menuntut pemerintah menangkap pemilik Rana Plaza, gedung yang runtuh itu. Mereka juga menuntut pemerintah memperbaiki kondisi kerja dan keselamatan pekerja industri garmen, yang menyumbang lebih dari 75 persen nilai ekspor negeri itu.

Polisi Dhaka menyebutkan, pemilik Rana Plaza adalah Mohammed Sohel Rana, pemimpin lokal dari front pemuda Liga Awami yang berkuasa. Sohel Rana disebut secara ilegal membangun tiga lantai tambahan di atas gedung yang semula terdiri atas lima lantai.

Sohel Rana kini diduga bersembunyi. Namun, Perdana Menteri Banglades Sheikh Hasina berjanji menangkap dan memberi hukuman setimpal kepadanya. Polisi juga mencari para pemilik pabrik garmen yang mengabaikan perintah evakuasi gedung itu, sehari sebelum kejadian, setelah ditemukan retakan pada konstruksi gedung.

Berpacu dengan waktu

Memasuki hari ketiga pencarian korban, diketahui banyak pekerja yang masih hidup di reruntuhan, terjepit di bawah beton dan logam. Petugas penyelamat berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka, sementara kerabat yang putus asa bentrok dengan polisi.

Bentrokan terjadi ketika polisi menutup tempat kejadian dan meminta ribuan kerabat korban mundur karena dianggap menghalangi upaya penyelamatan. Kerabat korban bertahan sehingga polisi menggunakan pentungan untuk membubarkan massa. Sedikitnya 50 orang cedera dalam bentrokan itu.

Hingga Kamis malam, sebanyak 62 korban yang terperangkap di bawah reruntuhan diselamatkan hidup-hidup. Namun, polisi mengkhawatirkan sebanyak 300-400 pekerja masih tertimbun.

”Sebagian orang masih hidup di bawah reruntuhan, dan kami berharap bisa menyelamatkan mereka,” kata Deputi Direktur Dinas Pemadam Kebakaran Mizanur Rahman.

Jumlah korban tewas telah melewati 300 orang dan masih belum jelas berapa angka akhirnya. Juru bicara militer, Shahin Islam, mengatakan, sebanyak 304 jenazah telah ditemukan.

Petugas bekerja sangat hati-hati, menggunakan palu, sekop, dan tangan untuk menghindari reruntuhan bangunan bergeser serta menimbun korban yang masih hidup. Namun, cedera korban begitu parah dan kondisi mereka lemah sehingga korban harus segera dikeluarkan dari bawah reruntuhan.

Mayor Jenderal Chowdhury Hasan Suhrawardy yang memimpin operasi penyelamatan mengatakan, operasi penyelamatan akan dilanjutkan setidaknya hingga Sabtu. ”Kami tahu seseorang bisa bertahan hidup sampai 72 jam dalam situasi ini. Upaya kami tak akan berhenti,” ujarnya.

Pabrik garmen Banglades menyuplai pakaian jadi bagi sejumlah gerai busana di Amerika Serikat dan Eropa serta menjadi pilihan karena upah buruhnya yang rendah. Para aktivis buruh menuduh perusahaan busana Barat mementingkan keuntungan tanpa memikirkan keselamatan pekerja dengan membuat produk mereka di Banglades. Padahal, rekor keselamatan kerja di sektor ini cukup buruk. (AFP/AP/Reuters/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com