Pengunjuk rasa memblokade jalan dan menyerang sejumlah pabrik serta bus di distrik produsen tekstil dan pakaian jadi di sekitar Dhaka. Polisi lalu menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan mereka.
”Ratusan ribu pekerja bergabung dalam demonstrasi itu,” kata M Asaduzzaman, pejabat polisi di Gazipur, yang menyebut situasi sangat rentan.
Para buruh menuntut pemerintah menangkap pemilik Rana Plaza, gedung yang runtuh itu. Mereka juga menuntut pemerintah memperbaiki kondisi kerja dan keselamatan pekerja industri garmen, yang menyumbang lebih dari 75 persen nilai ekspor negeri itu.
Polisi Dhaka menyebutkan, pemilik Rana Plaza adalah Mohammed Sohel Rana, pemimpin lokal dari front pemuda Liga Awami yang berkuasa. Sohel Rana disebut secara ilegal membangun tiga lantai tambahan di atas gedung yang semula terdiri atas lima lantai.
Sohel Rana kini diduga bersembunyi. Namun, Perdana Menteri Banglades Sheikh Hasina berjanji menangkap dan memberi hukuman setimpal kepadanya. Polisi juga mencari para pemilik pabrik garmen yang mengabaikan perintah evakuasi gedung itu, sehari sebelum kejadian, setelah ditemukan retakan pada konstruksi gedung.
Memasuki hari ketiga pencarian korban, diketahui banyak pekerja yang masih hidup di reruntuhan, terjepit di bawah beton dan logam. Petugas penyelamat berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka, sementara kerabat yang putus asa bentrok dengan polisi.
Bentrokan terjadi ketika polisi menutup tempat kejadian dan meminta ribuan kerabat korban mundur karena dianggap menghalangi upaya penyelamatan. Kerabat korban bertahan sehingga polisi menggunakan pentungan untuk membubarkan massa. Sedikitnya 50 orang cedera dalam bentrokan itu.
Hingga Kamis malam, sebanyak 62 korban yang terperangkap di bawah reruntuhan diselamatkan hidup-hidup. Namun, polisi mengkhawatirkan sebanyak 300-400 pekerja masih tertimbun.