Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korsel Tarik Pekerja dari Kaesong

Kompas.com - 27/04/2013, 02:26 WIB

SEOUL, JUMAT - Pemerintah Korea Selatan, Jumat (26/4), memerintahkan penarikan semua pekerja pabrik warga negaranya dari kawasan industri bersama dua Korea, Kaesong, yang berdiri di wilayah Korea Utara.

Keputusan penarikan total itu diambil setelah pihak Korea Utara (Korut) akhirnya secara resmi menolak tawaran perundingan Korea Selatan (Korsel). Seoul sebelumnya meminta Pyongyang membuka kembali kawasan industri bersama itu.

Saat ini terdapat sedikitnya 170 pekerja warga negara Korsel yang masih tertahan di Kaesong. Mereka dilaporkan mulai mengalami keterbatasan pasokan makanan dan kebutuhan logistik lain, termasuk obat-obatan.

”Pemerintah (Korsel) telah mengambil keputusan yang tak terelakkan akibat tindakan tak adil Korut sebelumnya. Kami akan memulangkan para pekerja kami demi keselamatan mereka,” ujar Menteri Unifikasi Korea Ryoo Kihl-jae.

Sebelumnya, Korut menarik total 53.000 pekerjanya dari Kaesong menyusul ketegangan yang terus meningkat di Semenanjung Korea.

Hubungan kedua Korea semakin memanas lantaran Korut tak terima dijatuhi sanksi tambahan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pascakenekatannya menggelar uji coba roket jarak jauh dan nuklir sejak akhir tahun lalu.

Pyongyang juga berang dengan latihan perang bersama Korsel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), yang dianggap sebagai provokasi.

Pyongyang bahkan mengancam akan menggelar perang termonuklir di Semenanjung Korea, yang memicu kekhawatiran banyak negara di dunia terutama di kawasan Asia Timur.

Secara teknis, kedua Korea memang masih berada dalam kondisi perang mengingat keduanya belum pernah menyepakati dan menandatangani perjanjian damai. Peperangan yang terjadi sepanjang tahun 1950-1953 terhenti setelah kedua Korea hanya menandatangani kesepakatan gencatan senjata. Sejak itu, ketegangan kerap terjadi.

Korut menolak tawaran perundingan untuk membuka kembali Kaesong lantaran menganggap Korsel telah melakukan tindakan yang tak termaafkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com