Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senjata Kimia Telah Dipakai

Kompas.com - 27/04/2013, 02:25 WIB

Washington, Jumat - Rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad diduga telah menggunakan senjata kimia dalam skala kecil ketika memerangi pihak oposisi. Namun, Amerika Serikat membutuhkan bukti yang kuat sebelum mengambil tindakan.

Informasi tersebut diungkapkan oleh Gedung Putih, Kamis (25/4), merujuk laporan intelijen Amerika Serikat (AS). Agen-agen menyimpulkan dengan ”berbagai tingkat keyakinan” bahwa rezim Assad sudah dua kali menggunakan senjata kimia dalam perang saudara di negaranya itu.

Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan, intelijen AS yakin rezim Assad telah menggunakan senjata kimia. Dalam lawatan ke Uni Emirat Arab, Hagel mengatakan bahwa militer Suriah telah memakai gas sarin dalam ”skala kecil”. Dia tak merinci di mana dan kapan zat perusak saraf itu dipakai.

Pernyataan Hagel itu muncul dua hari setelah petinggi militer Israel menuding tentara Suriah menggunakan gas sarin beberapa kali. Dalam konferensi keamanan di Jerusalem, Brigadir Jenderal Itai Brun memaparkan bukti foto para korban yang mulutnya berbusa, pupil mengecil, dan gejala-gejala lain yang tidak spesifik.

Pengungkapan itu akan memusingkan Presiden AS Barack Obama. Dia sebelumnya mengultimatum bahwa isu penggunaan senjata kimia adalah sebuah ”garis merah” yang tak boleh dilanggar oleh Assad.

Jika kini isu itu menguat dan ada beberapa indikasi tentang kemungkinan penggunaan senjata yang mematikan oleh Assad, Washington semestinya mengambil tindakan nyata.

Meski demikian, Obama masih membutuhkan bukti-bukti pendukung yang kuat, valid, obyektif, dan pasti sebelum mengambil satu tindakan tegas terhadap rezim Damaskus.

”Mengingat ada hal yang kita pertaruhkan dan telah kita petik dari pengalaman, penilaian intelijen belum cukup. Diperlukan data yang kredibel dan fakta yang kuat sebagai pedoman pengambilan keputusan,” kata Direktur Kantor Urusan Legislatif Gedung Putih Miguel Rodriguez.

Saat ini, AS masih tetap fokus pada pemberian bantuan peralatan militer yang tidak mematikan atau nontempur kepada kubu oposisi Suriah. AS telah meningkatkan dua kali lipat bantuan peralatan tak mematikan.

Peran Indonesia

Sementara itu sesaat sebelum mengakhiri lawatannya di Brunei, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, Indonesia berpandangan bahwa penyelesaian krisis di Suriah hanya bisa dilakukan oleh Presiden Assad dan pihak oposisi.

Negara lain yang bisa membantu adalah dua tetangga Suriah, yakni Iran yang dekat dengan Presiden Assad dan Turki yang bisa menjalin komunikasi dengan pihak oposisi, serta lima negara pemegang hak veto pada Dewan Keamanan PBB.

”Kalau sembilan pihak itu bergerak dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon bisa mendorong, maka akan ada solusi. Saya akan mengirimkan surat ke negara-negara itu tentang usulan yang tulus dari Indonesia bagi Suriah. Indonesia ingin lebih aktif, tapi konstelasinya dan justru yang memegang peran adalah negara-negara tadi,” kata Presiden Yudhoyono, seperti dilaporkan wartawan Kompas, C Wahyu Haryo PS, dari Bandar Seri Begawan, Jumat (26/4).

Surat yang akan dikirimkan berisi tiga usul Indonesia bagi penyelesaian krisis di Suriah, yakni pemberlakuan gencatan senjata, pemberian bantuan kemanusiaan, serta transisi politik damai berdasarkan keinginan bangsa Suriah.

Usul tersebut pernah menjadi pembahasan hangat dan hampir disepakati dalam pertemuan Indonesia dengan pemimpin Mesir, Iran, Turki, serta Malaysia beberapa waktu lalu. Akan tetapi, usul tersebut kandas karena perbedaan pandangan antara Turki dan Iran tentang posisi Presiden Assad.

”Secara moral, Indonesia sangat ingin ikut memberi solusi. Indonesia juga akan membawa isu ini dalam penyerahan mandat pembahasan agenda pasca-MDG pada sidang PBB mendatang,” kata Yudhoyono. (Reuters/AFP/cal)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com