SEOUL, KAMIS -
Seperti diwartakan, Pemerintah Korea Utara (Korut) sekitar sebulan lalu menutup sepihak kawasan industri bersama yang berdiri di wilayahnya itu. Langkah tersebut menyusul peningkatan ketegangan di antara kedua Korea pasca-uji coba roket jarak jauh dan nuklir Korut sejak akhir tahun lalu, yang berujung pada sanksi oleh Dewan Keamanan PBB.
”Pemerintah (Korea Selatan) hari ini resmi mengajukan proposal pembicaraan tingkat kelompok kerja antar-otoritas kedua negara untuk mengatasi masalah kemanusiaan, yang dialami para pekerja wilayah industri Kaesong,” ujar Menteri Unifikasi Kim Hyung-suk.
Tak hanya menetapkan tenggat hingga Jumat (26/4) bagi Korut memberi jawaban, Kim juga mengancam, pihak Korea Selatan (Korsel) akan mengambil ”langkah-langkah signifikan” jika Korut menolak tawaran itu.
Kim tidak merinci apa yang dia maksud dengan ”langkah-langkah signifikan” tersebut.
Namun dipahami, sejak pertama kali didirikan tahun 2003, kawasan industri yang menjadi satu-satunya simbol kerja sama kedua Korea itu telah mempekerjakan sebanyak 53.000 warga Korut.
Selain itu, sebanyak 123 perusahaan Korsel juga beroperasi di Kaesong. Pabrik-pabrik itu memproduksi berbagai macam barang, mulai dari pakaian, sepatu, hingga jam tangan.
Tahun lalu saja Kaesong memproduksi berbagai macam barang dengan nilai total 470 juta dollar AS. Nilai total gaji yang dibayarkan perusahaan-perusahaan Korsel mencapai 80 juta dollar AS per tahun.
Selain itu, Kaesong selama ini diketahui juga telah berkontribusi senilai 2 miliar dollar AS dari nilai total perdagangan yang dihasilkannya untuk Korut.