Ketidakpedulian itu menyebabkan jatuhnya korban dalam jumlah besar tak bisa dihindari saat gedung itu runtuh, Rabu. Penyelia tim penyelamat militer, Brigadir Jenderal Mohammed Siddiqul Alam Shikder, mengatakan, hingga Kamis (25/4), jumlah korban tercatat mencapai 194 orang.
Kepala polisi Distrik Dhaka, Habibur Rahman, mengatakan, jumlah korban tewas terus bertambah. Pemerintah Banglades menetapkan hari berkabung nasional dan bendera dipasang setengah tiang di semua gedung pemerintah.
Mostafizur Rahman, direktur polisi paramiliter, mengatakan, saat retakan di tembok gedung itu dilaporkan, Selasa, manajer bank yang berkantor di gedung itu langsung mengevakuasi karyawannya. Namun, pabrik-pabrik garmen—mendominasi usaha di gedung itu—mengabaikan instruksi tersebut.
Ketua Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Banglades (BGMEA) Mohammad Atiqul Islam mengatakan, pihaknya telah meminta pabrik-pabrik yang mempekerjakan total 3.122 orang itu menghentikan kerja mulai Rabu pagi, beberapa jam sebelum gedung runtuh. Namun pemilik gedung mengatakan, retak-retak itu tidak berbahaya.
Bencana di Savar, 30 kilometer dari Dhaka, terjadi kurang dari lima bulan setelah kebakaran yang menewaskan 112 orang di sebuah perusahaan garmen. Hal itu menegaskan buruknya tingkat keamanan yang dihadapi para pekerja garmen Banglades.
Ratusan petugas penyelamat bekerja tak henti sepanjang malam. Sebagian merangkak di bawah timbunan puing, mencari korban yang masih hidup. Rintihan mereka yang terperangkap dan ratapan kerabat pekerja yang berkerumun di luar gedung membuat suasana mencekam.
”Selamatkan kami, saudara, tolonglah, saya ingin hidup,” kata Mohammad Altab, buruh garmen yang terjepit di antara dua lempeng beton dan bersebelahan dengan dua jenazah.
Warga setempat membantu menarik mereka yang masih hidup dari reruntuhan gedung delapan lantai itu. Namun, kerumunan warga malah menyulitkan usaha tim penyelamat. Menurut Shikder, operasi penyelamatan harus dilakukan hati-hati karena massa justru mengganggu upaya penyelamatan.
Korban yang ditemukan tewas dibaringkan berjajar. Warga yang kehilangan kerabat berkumpul untuk mengidentifikasi korban.
”Korban yang terperangkap tidak diketahui jumlahnya. Kami tidak yakin bisa mengeluarkan mereka semua hidup-hidup. Harapan memudar,” kata Mizanur Rahman, petugas pemadam kebakaran, saat akan mencari di reruntuhan.