Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS: Lembaga Keuangan Lebanon Cuci Uang Hezbollah

Kompas.com - 25/04/2013, 13:02 WIB
WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Dua lembaga keuangan Lebanon yang diduga kuat adalah milik kelompok Hezbollah kini menjadi incaran Pemerintah AS.

Amerika Serikat menduga kedua lembaga keuangan itu menjadi sarana pencucian uang Hezbollah dan dikhawatirkan bisa mengacaukan sistem keuangan negeri itu. Demikian kata pejabat Kementerian Keuangan AS, David Cohen.

"Hezbollah adalah sebuah organisasi teroris yang selama bertahun-tahun didanai Iran, tetapi kini telah menjadi sebuah organisasi kejahatan yang bisa menghidupi diri sendiri di saat situasi perekonomian Iran yang buruk," kata Cohen.

Kementerian Keuangan AS memutuskan untuk memasukkan dua lembaga keuangan Kassem Rmeiti & Co dan Halawi Exchange Co ke dalam daftar hitam. Artinya, aset kedua lembaga ini di AS akan dibekukan dan melarang semua warga dan pebisnis AS melakukan transaksi dengan kedua lembaga keuangan ini.

Kementerian Keuangan menyatakan kedua lembaga itu digunakan untuk memindahkan uang oleh jaringan penyelundup narkotika Ayman Joumaa. Organisasi ini telah lama menjadi target penegak hukum AS sejak Kementerian Keuangan menutup sebuah bank Kanada Lebanon pada 2011 karena aktivitas pencucian uang.

Setelah sanksi itu, kelompok Joumaa menggunakan Kassem Rmeiti dan Halawi untuk memindahkan uangnya, termasuk menyalurkan jutaan dollar AS melalui bank lain di AS untuk membeli mobil bekas, yang kemudian diekspor ke Afrika Barat.

Kedua lembaga keuangan ini ternyata memiliki hubungan dengan para pencuci uang dan penyelundup narkotika yang berbasis di sebuah negeri Afrika Barat, Benin.

Kedua lembaga ini juga terkait dengan pengiriman uang untuk Hezbollah atau para petinggi Hezbollah, yang di mata Washington adalah sebuah organisasi teroris.

"Halawi mengancam AS dan sistem keuangan internasional karena Halawi melakukan kegiatan keuangan terlarang untuk berbagai organisasi penyelundup narkotika dan jaringan pencuci uang," demikian Kementerian Keuangan AS.

Sementara itu, Kepala Bagian Operasi Khusus Drug Enforcement Administration (DEA)—semacam BNN di Indonesia—mengatakan organisasinya menduga Hezbollah mengendalikan sebuah portal penjualan narkoba dan akan menyelidiki dugaan itu.

Jonathan Schanzer, dari Yayasan Pertahanan dan Demokrasi, mengatakan, penggunaan penyelundupan narkoba untuk membiayai operasi Hezbollah bukanlah "tren baru".

"Kami sudah lama mengetahui aktivitas ilegal Hezbollah. Dari sejumlah penangkapan dalam kasus penyelundupan narkoba, semakin kuat dugaan bahwa Hezbollah mulai bergerak ke wilayah kejahatan terorganisasi," ujar Schanzer.

Dia bahkan menuding Pemerintah Lebanon gagal mengawasi sektor keuangannya.

"Pertanyaannya sekarang adalah apakah Pemerintah Lebanon akan bergerak dan memberikan sanksi setimpal," kata Schanzer.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com