SEOUL, RABU
”Jepang harus bersikap harmonis dengan komunitas internasional. Jika dia terlalu condong ke kanan, hubungannya dengan Asia Timur Laut dan negara-negara Asia lain akan bermasalah,” ungkap Park dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi media Korsel.
Park menambahkan, jika Jepang memiliki persepsi berbeda soal sejarah dan selalu mengusik luka-luka lama, negara itu akan kesulitan membangun hubungan yang berorientasi ke masa depan dengan negara-negara lain.
Pernyataan itu dilontarkan Park sehari setelah 168 anggota parlemen Jepang berziarah ke Kuil Yasukuni yang dibangun untuk menghormati para korban perang di Jepang.
Korea dan China, yang merasakan pahitnya penjajahan Jepang di masa lalu, selalu memprotes kunjungan ke kuil itu karena dianggap sebagai glorifikasi masa lalu Jepang yang telah menyengsarakan negara-negara tetangganya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, bahkan menyebut kunjungan ke Kuil Yasukuni itu merupakan upaya Jepang untuk mengingkari sejarah masa lalunya yang militeristik dan diwarnai agresi.
Sebaliknya, para pejabat Jepang menganggap wajar-wajar saja seseorang berziarah dan mendoakan orang-orang yang telah berkorban demi negerinya.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menambah kemarahan Korsel setelah berkomentar bahwa definisi ”agresi” masih sangat sumir dan bergantung pada sudut pandang orang yang menilai. Surat kabar terkemuka Korsel, Chosun Ilbo, mengomentari pernyataan Abe itu dengan judul artikel ”Perdana Menteri Abe Bahkan Mengingkari Agresi Kekaisaran Jepang”.
Abe memang dikenal sebagai seorang politisi sayap kanan di Jepang. Sejak berkampanye menjelang pemilu tahun lalu, dia selalu melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial, termasuk mengungkapkan rencana amandemen konstitusi pasifis Jepang.