Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Serang Kereta Api Kanada Didalangi Al Qaeda

Kompas.com - 23/04/2013, 13:52 WIB

OTTAWA, KOMPAS.com Dua warga asing ditangkap di Kanada terkait dengan sebuah rencana untuk menggelincirkan sebuah kereta api penumpang di daerah Toronto. Polisi negara itu, Senin (22/4), mengatakan, rencana para tersangka didukung oleh Al Qaeda cabang Iran. "Penangkapan hari ini menunjukkan bahwa terorisme tetap menjadi ancaman nyata untuk Kanada," demikian peringatan Menteri Keamanan Publik Kanada Vic Toews.

Dua tersangka, yang hanya disebut sebagai Chiheb Esseghaier (30 tahun) dan Raed Jaser (35 tahun), diduga telah merencanakan serangan terhadap sebuah kereta penumpang Via Rail, kata Royal Canadian Mounted Police (RCMP) dalam sebuah konferensi pers.

Sidang pengadilan untuk kasus itu akan digelar pada Selasa waktu setempat. Tuntutan yang diajukan terhadap mereka mencakup persekongkolan untuk melakukan serangan dan persekongkolan dengan kelompok teroris untuk membunuh orang, meskipun sangat sedikit rincian tentang plot itu yang diungkap ke publik.

Wakil Ketua RCMP Komisaris James Malizia mengatakan kepada wartawan bahwa kedua tersangka "menerima dukungan dari unsur-unsur Al Qaeda yang berada di Iran". Namun ia menambahkan, "Tidak ada indikasi bahwa (rencana) serangan itu disponsori negara." Ketika diminta untuk menggambarkan jenis dukungan yang diberikan, dia menjawab, "Arah dan bimbingan".

Malizia mengatakan, para tersangka "bukan warga Kanada". Namun, ia menolak untuk mengungkapkan kewarganegaraan mereka. Salah satu dari dua laki-laki itu tinggal di Montreal selama beberapa tahun. Ia tidak menjelaskan pria mana yang sudah tinggal lama di Kanada.

Namun, rincian tentang identitas mereka mulai muncul di media lokal. The National Post melaporkan bahwa Esseghaier lahir di Tunisia dan tersangkah kedua yang diidentifikasi sebagai Jaser adalah orang Palestina berkewarganegaraan Uni Emirat Arab yang punya status penduduk tetap di Kanada. Esseghaier, dalam profilnya di LinkedIn, yang keasliannya menurut Radio-Canada telah diverifikasi, memperkenalkan dirinya sebagai insinyur Tunisia yang menjadi mahasiswa PhD di Universitas INR Quebec sejak November 2010.

Rencana para tersangka, kata polisi, "tidak didasarkan pada asal etnis mereka, tetapi pada ideologi."

Kepala RCMP Inspektur Jennifer Strachan mengatakan, kedua pria yang berada di bawah pengawasan sejak Agustus lalu itu berencana "untuk menggelincirkan sebuah kereta penumpang" di wilayah Toronto. Namun, Strachan tidak menentukan rute mana yang dijadikan sasaran. "Kami menuduh orang-orang itu mengambil langkah-langkah dan melakukan kegiatan untuk melancarkan serangan teroris. Mereka memantau kereta api dan jalur kereta api di area Greater Toronto," tambah Strachan.

Namun polisi menegaskan, rencana serangan mereka tidak dalam waktu dekat. "Walau RCMP yakin bahwa orang-orang ini punya kapasitas dan niat untuk melaksanakan tindak kejahatan, tidak ada ancaman dalam waktu dekat untuk masyarakat umum, karyawan kereta api, penumpang kereta api atau infrastruktur," kata pernyataan RCMP.

Penangkapan tersebut terjadi seminggu setelah pengeboman kembar di Maraton Boston yang menewaskan tiga orang dan melukai hampir 200 orang lainnya, dan saat parlemen Kanada mendebatkan sebuah rancangan undang-undang untuk memperkuat undang-undang anti-teror, termasuk mengkriminalisasi perjalanan warga Kanada ke luar negeri yang bertujuan untuk berpartisipasi dalam sebuah serangan.

Rencana kelompok itu juga tidak ada kaitannya dengan pengeboman Boston. Biro Investigasi Federal AS (FBI) terlibat dalam penyelidikan di Kanada, tetapi tidak diketahui seberapa besar keterlibatan FBI dalam mengungkap hal itu. Seorang juru bicara Kedutaan AS di Ottawa mengatakan, penangkapan itu hasil dari "kerja sama lintas batas yang ekstensif."

Sementara itu, Toews mengatakan, keberhasilan operasi anti-teror yang dijuluki "Smooth" itu "karena fakta bahwa Kanada bekerja sangat erat dengan mitra internasional untuk memerangi terorisme."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com