Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaki Diamputasi, Guru Tari Korban Bom Akan Menari Lagi

Kompas.com - 23/04/2013, 12:03 WIB

BOSTON, KOMPAS.com  Seorang instruktur tari yang kehilangan sebagian kakinya dalam ledakan bom di Maraton Boston bersumpah untuk menari lagi. Instruktur itu, Adrianne Haslet-Davis, bahkan telah berencana untuk berlari dalam Maraton Boston tahun depan.

Para dokter tidak mampu menyelamatkan kaki kiri Adrianne setelah terkena bom kedua saat menyaksikan lomba maraton itu pekan lalu. Mereka lalu mengamputasi kakinya lima inci di bawah lutut. Walau operasi mengubah hidupnya, perempuan 32 tahun tersebut mengatakan, dia tidak akan memadamkan semangatnya pada tari. Menari merupakan sesuatu yang membuatnya selalu merasa hidup.

"Ketika saya menari, saya tidak merasa perlu melakukan hal lain. Sukacita saya komplet," katanya kepada Boston Herald dari ranjang rumah sakit dalam sebuah wawacara telepon, Minggu (20/4/2013). "Saya tidak mau membiarkan seorang muncul dan mencuri seluruh hidup saya. Jadi, saya akan menari lagi. Tahun depan, meskipun saya belum pernah menjadi pelari, saya berencana untuk berlari maraton."

Kehilangan kaki telah terbayang dalam pikiran Adriane saat dia dan suaminya, seorang kapten Angkatan Udara AS, Adam Davis, merasakan ledakan itu. Dia sudah punya dorongan kuat untuk tidak kehilangan kakinya. "Saya ingat semuanya," katanya kepada CNN. "Saya ingat bom pertama meledak dan (saya) memegang Adam, suami saya, dan berpikir, 'Saya tahu tidak pernah hanya ada satu (bom)'. "Bom kedua meledak .... dan saya ingat jatuh ke belakang karena dampak ledakan itu."

"Untuk sesaat, mungkin hanya dua menit atau 20 menit, saya kira, segala sesuatu tampaknya tenang," kata Adrianne kepada Herald. "Saya pikir kami baik-baik saja, sampai saya melihat ke bawah dan menyadari bahwa kaki kiri saya hampir terlepas. Saat itulah saya mulai berteriak."

"Saya ingat ada dua orang yang melihat saya berbaring di sana, seolah-olah saya sudah mati," kenangnya. "Mereka hanya berjalan terus, saya kira syok, tetapi saya meneriakkan segala macam kata-kata umpatan." Dia memuji sejumlah "orang Samaria yang baik hati" dan petugas pertolongan pertama yang muncul, yang entah datang dari mana, untuk membawa dia dan suaminya keluar dari "neraka" itu.

Pikiran akan kehilangan kaki segera menyergapnya, dan dia bertekad untuk mendapatkan bantuan agar tidak diamputasi. "Saya bertekad untuk menyelamatkan kaki saya," katanya. "Saya tahu saya bisa melawannya atau saya berbaring saja di sana di trotoar kehabisan darah, dan itu terdengar mengerikan, menyakitkan, dan menakutkan.

Suaminya, yang baru saja kembali dari Afganistan, lalu melepas sabuknya dan menggunakan itu sebagai tourniquet (pembalut) luka istrinya. Dia penuh dengan pecahan bom, tetapi berhasil menyeret Adrianne ke sebuah restoran.

Meski ada kekacauan, berlumuran darah dan tubuh terkoyak, perempuan itu tetap bisa berpikir jernih dan punya kekuatan untuk menyampaikan hal yang benar-benar penting. Dia memanfaatkan waktu yang ada untuk memberi tahu suaminya tentang betapa dia sangat berarti baginya. "Jika ini akan menjadi pertemuan terakhir kami, saya ingin dia tahu betapa saya mencintainya," katanya kepada Herald. "Kemudian saya mengatakan kepadanya bahwa kami akan berhasil melalui ini, bahwa saya tidak siap untuk meninggalkan dia."

Dia mengatakan, ketika melihat para petugas pemadam kebakaran, dia merasa bahwa dia akan aman. Dia dibawa ke Boston Medical Center, di mana ia menjalani operasi.

Dia terbangun di rumah sakit sehari setelah serangan dan mengatakan kepada ibunya, Chauni Haslet, yang telah terbang dari Seattle, bahwa kaki kirinya mati rasa. "Adrianne," bisik ibunya dengan lembut. "Sayangku, kaki kirimu ... itu sudah tak ada."

Adrianne, instruktur tari di Arthur Murray Studio di Park Plaza, merasa hancur. Meskipun sudah menduga hal buruk itu terjadi, dia sebelumnya berharap ahli bedah trauma di Boston Medical Center bisa melakukan keajaiban.

Meski tahu hidupnya telah berubah selamanya, dia bertekad untuk kembali ke semangatnya: tari. "Tari adalah hidup saya," katanya. "Yah, setelah kaki saya buntung, itu benar-benar menyesakkan. Namun, saya tidak bisa berkubang dalam 'celakalah aku'."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com