”Bebaskan kami”, demikian bunyi salah satu spanduk yang terpampang di penampungan pencari suaka di bilangan Broadmeadows, Melbourne, Australia.
Sebanyak 28 pencari suaka melakukan mogok makan sejak Senin (8/4). Mereka terdiri dari 25 orang Tamil, dua warga etnik Rohingya dari Myanmar, dan seorang Iran.
”Bila Pemerintah Australia tidak membebaskan kami, lebih baik kami dibunuh saja,” demikian isi surat mereka, seperti dikutip surat kabar Canberra Times.
Spanduk-spanduk lain berbunyi ”Kematian lebih baik daripada hidup tanpa daya dan harapan” dan ”Kami butuh perlindungan, empat tahun sudah lebih dari cukup”.
Sebagian besar pencari suaka itu telah ditahan di tempat penampungan itu selama 2-3 tahun sambil menunggu hasil penyelidikan dari badan intelijen Australia, ASIO.
Mereka termasuk di antara 56 pencari suaka yang ditahan di Australia karena dianggap berbahaya bagi keamanan Australia.
Namun, kebanyakan dari mereka belum tahu mengapa kelayakan mereka untuk masuk ke dalam masyarakat setempat harus dipertimbangkan.
Aksi mogok makan itu hanya puncak dari gunung es permasalahan pencari suaka di Australia.
Mereka hanya sebagian kecil dari sekitar 5.000 pencari suaka yang ditahan di Australia. Sebanyak 650 pencari suaka lainnya juga ditahan pusat pemrosesan di Pulau Nauru dan Manus di Pasifik Selatan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.